Minggu, 09 Desember 2012

Dulu dan Sekarang


Oleh Suryadi
SEULAS PINANG PENULIS

Alhamdulillah, akhirnya selesai juga buku yang saat ini berada ditangan kita. Buku ini adalah autobiografi saya, suryadi. Pada mulanya terasa agak sulit bagi saya untuk menyelesaikannya, maklumlah karena baru pertama kali menulis sebuah catatan hidup dalam bentuk buku dan saya harus mengembalikan ingatan saya ke masa silam.

Saya sangat bersyukur kepada Alah Swt, yang selalu melimpahkan rahmat, dan kesehatan kepada saya sehingga banyak kehidupan yang menjadi sebuah catatan yang tak terlupakan. Banyak sudah peristiwa-peristiwa yang saya lalui, begitu juga dengan pengalaman yang diperoleh.

Hidup ini penuh dengan suka dan duka, yang mana setiap manusia pasti akan melewati masa-masa itu. Satu hari yang kita lewati jadikanlah sebagai kesempatan untuk mengisinya dengan peristiwa-peristiwa yang akan menjadi sejarah kelak kita nantinya. Begitulah saya mengisi kehidupan yang penuh dengan kesempatan, hingga saaat ini. Semoga apa yang dicita-citakan akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan, Amin.
Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dalam penyajian buku ini, tentu masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan di sana-sini. Untuk itu saya pribadi mohon maaf jika dalam buku ini ada yang tidak berkenan bagi sidang pembaca.

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada orangtua saya yang mendidik saya tanpa kenal mengeluh dan penuh dengan kasih sayang nya. Begitu juga abang-abang dan kakak-kakak saya yang selalu memberikan semangat dan harapan kepada saya. Tak lupa pula ucapan terima kasih saya haturkan kepada dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Pak Tetra Alvino yang memberikan banyak ilmu kepada kami termasuk saya pribadi. Begitu juga dengan teman-teman seperjuangan yang menjadi bagian dalam kehidupan saya.

Semoga buku kecil ini memberikan manfaat bagi kita semua dan memberikan goresan yang bermakna dalam sejarah hidup kita.

Pekanbaru, 29 Desember 2011
Wassalam
Penulis

SURYADI


BUNGA RAMPAI KEHIDUPAN


RIWAYAT HIDUP SINGKAT


Nama                                                   : Suryadi
Tempat Tanggal Lahir       : Panipahan, 23 Maret 1993
Agama                                                 : Islam
Orangtua                                              :
                                             Ayah    : M. Nor
                                             Ibu          : Nuraida
Pendidikan Umum                          : SDN 004 Panipahan Kec. Pasir      Limau Kapas
: MI Tarbiyah Islamiyah Panipahan Kec. Pasir Limau Kapas
: MTs Ishlahiyah Panipahan Kec. Pasir Limau Kapas
: MA Tarbiyah Islamiyah Kec. Pasir Limau Kapas
: Perguruan Tinggi Universitas Riau Pekanbaru
Pengalaman Organisasi      :
1.      2008-2010 Sekretaris Umum PII Kec. Pasir Limau Kapas
2.      2008-2009 Humas OSIS MA Tarbiyah Islamiyah
3.      2010-2011 Ketua II MPK Tarbiyah Islamiyah
4.      2009-2011 Ketua BATRA Tarbiyah Islamiyah
Pelatihan yang Pernah diikuti :
1.      Latihan Basic Training PII tahun 2008
2.      PPLP Sepak Bola Kabupaten Rokan Hilir 2010
3.      Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar Bahana Mahasiswa Universitas Riau tahun 2011
4.      Latihan Kader I HMI tahun 2011
Sertifikat Yang Dimiliki    :
1.      Sertifikat Pesantren Kilat Madrasah Ishlahiyah. 2007
2.      Sertifikat Juara Umum I Kelas IX MTs. Ishlahiyah. 2007
3.      Sertifikat LBT PII. 2008
4.      Sertifikat PPLP Sepak Bola Kabupaten Rokan Hilir. 2010
5.      Sertifikat Training Cash SMK Perikanan Panipahan. 2011
6.      Sertifikat sosialisasi 4 pilar berbangsa dan bernegara MPR RI dan BEM Universitas Riau
7.      Sertifikat Latihan Jurnalistik Tingkat Dasar Bahana Mahasiswa Universitas Riau
8.      Sertifikat PKA dan BAKSO FISIP UNRI
Jabatan Sekarang               :
1.      Anggota Bidang Sosial IMS Sub Bidang Advokasi
2.      Kru Magang Bahana Mahasiswa Universitas Riau
3.      Anggota HMI Komisariat FISIP UNRI

SILSILAH KETURUNAN


Silsilah Dari Ayah :

Nurijan – Aminah (Buyut)
Nurhapi – Mita (Kakek-Nenek)
M. Nor (Ayah)

Silsilah Dari Ibu

Maus – Toyah (Buyut)
Arsyad – Liyah (Kakek-Nenek)
Nuraida (Ibu)

SEMBILAN BERSAUDARA
Saya anak ke enam dari Sembilan bersaudara. Lahir pada 23 Maret 1993, tepat nya pada  hari selasa dan diberi nama Suryadi oleh orangtua saya. abang dan kakak saya menjadi contoh dan panutan bagi saya dalam segala hal, baik dalam membantu orangtua bekerja, menyangi adik-adik saya, apalagi keharusan untuk meraih prestasi dalam segala hal terutama dalam belajar. Karena itu merupakan harapan orangtua kami yang tercinta.

Ada satu abang saya yang tidak sempat saya rasakan kasih sayangnya terhadap saya. Dia adalah anak ke lima dari Sembilan bersaudara. Dulu, ketika Dia masih berusia empat tahun orangtua saya membawanya ke Pekanbaru untuk mengunjungi abang saya yang bersekolah di Pesantren Babussalam Pekanbaru.
Suatu sore, orangtua saya dan kedua abang saya pergi mengunjungi Pondok Pesantren Babussalam tempat abang saya menimba ilmu. Dalam perjalanan terjadi kecelakaan yang menimpa abang saya (sahruji). Dia ditabrak oleh sepeda motor yang melaju kencang dari belakang. Hal ini mengejutkan kedua orangtua saya yang saat itu berada di depan abang saya.

Abang saya langsung dibawa ke rumah Sakit Tabrani di jalan Jendral Sudirman, karena kecelakaan itu terjadi di jalan tersebut. Saya ditinggal dalam mobil sendirian pada saat itu, karena orangtua saya sangat panik. Selama tiga hari dirawat di Rumah Sakit, abang saya meninggal dunia di Rumah Sakit tempat dia di rawat. Hal ini menambah kesedihan orangtua saya dan sangat terpukul batinnya.

Nama-Nama Sembilan Bersaudara :
1.      Usman
2.      Mirawati
3.      Abdurrahman
4.      Rita M. Nor
5.      Syahruji (alm)
6.      Suryadi
7.      Sutinah
8.      Syahruddin
9.      Juniarti Ningsih

PENDIDIKAN DARI AYAH DAN BUNDA

Ya Allah Maha Pengasih dan Penyayang, hanya Engkaulah yang dapat memberi balasan atas kasih sayang yang diberikan oleh Ibu-Bapak semenjak aku dalam kandungan sampai dewasa, kepada-Mulah ya Allah aku bermohon agar diberikan tempat yang baik bagi kedua orangtuaku disis-Mu kelak nanti, Amin.
Hamba menyadari, semua keberhasilan yang hamba peroleh adalah buah dari restu dan do’a kedua orangtuaku tiap sholat yang memohon kepada-Mu supaya putra-putrinya menjadi anak yang sholeh dan sholeha. Dengan bimbingan dan didikannya yang penuh dengan keikhlasan dan kasih sayang yang tak ternilai harganya serta tidak mengaharap balasan apapun.

Saya diajarkan berbagai macam ilmu, terutama dalam Agama Islam, Akhlak, adab dan sopan santun. Orangtu saya selalu berpesan kepada kami termasuk saya agar menjadi orang yang berguna kelak nanti. Kami harus menjadi orang yang cerdas dan harus bisa hidup mandiri.

Belajar Alquran
“Sebagai umat Islam harus pandai baca Alquran,” itu lah pesan orangtua saya. orangtua saya adalah guru yang mengajarkan saya pandai baca Quran. Meskipun saya punya banyak guru yang mengajarkan saya abaca Quran, tapi akhirnya kepada orang tua saya jua lah saya mengkhatamkan Quran. Mulai dari Juz Amma hingga Quran orangtua saya sangat berperan aktif dalam mendidik saya. Waktu saya mengaji adalah pagi dan sore hari. Sepulangnya dari sekolah Ibtidaiyah saya harus belajar Alquran dulu sebelum pergi bermain dengan teman-teman.

Pada saat saya berusia sepuluh tahun, ketika itu masih duduk kelas empat di bangku sekolah dasar, saya di perintahkan oleh orangtua untuk belajar tajwid guna memperdalam kajian alquran saya, dan memperindah bacaan-bacaannya. Saya tidak begitu menghiraukan perintah orangtua saya, karena saat itu merasa malu belajar dengan orang lain, apalagi dilihat oleh teman-teman. Namum, keinginan orangtua saya tetap saya penuhi. Karena teman-teman sekelas saya ternyata  juga ikut, bahkan mereka sudah duluan belajarnya.

Guru kami belajar tajwid  saat itu adalah, Drs. Abdul Rauf Has. Sekarang beliau sudah menyandang gelar “Haji” dari Allah Swt, itu semua berkat prestasi beliau dalam mengajarkan Alquran kepada murid-muridnya yang sudah banyak berhasil. Pada saat itu beliau juga guru di sekolah Ibtidaiyah kami, beliau mengajar Nahu-Sorof. Beliau adalah salah seorang guru kami yang membuat kami sangat nyaman ketika belajar, karena lantunan suaranya yang sangat khas membuat kami selalu ketawa ketika masih anak-anak saat itu.

Tiga bulan belajar dengan beliau, kami ikut Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Hal ini memang rutin dilakukan bagi setiap murid yang belajar dengannya. Hal ini tentu menjadi suatu hal yang membuat saya tidak percaya diri. Sebab, ini adalah MTQ yang pertama kali saya ikuti. Sebelumnya saya tidak menyangka kalau belajar dengan beliau harus ikut MTQ tersebut. Ternyata beliau adalah guru yang mencari bakat seperti itu rupanya.

Bersama teman-teman saya memberanikan diri mengikuti MTQ itu, demi orangtua saya yang tersayang. Karena orangtua saya selalu memberi semangat kepada saya dan harapannya sangat besar kepada anak-anaknya, supaya menjadi anak yang berguna. Terima kasih Ibu ku dan Ayah ku.

Tibalah saat pengumuman. Alhamdulillah, saya meraih juara dua ditingkat kepenghuluan saat itu. Bagi kami yang meraih juara satu, dua dan tiga saat itu bersaing lagi ditingkat kecamatan. Bagi yang meraih juara satu nantinya, akan bersaing lagi ditingkat kabupaten. Alhamdulillah, saya masih mempertahankan juara dua saya ditingkat kecamatan. Meskipun saya tidak dapat melanjutkan ketingkat kabupaten, saya sudah sangat bangga dengan prestasi yang saya raih, ditambah lagi senyuman, ciuman dan pelukan tanda bangga orangtua kepada saya ketika saya berprestasi di MTQ itu.

Waktu Berselang Menanam Padi
Ketika saya berusia tiga belas tahun, saat itu sudah duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, Ayah saya jatuh sakit. Selama sebulan tidak bekerja, usaha nelayannya dikerjakan oleh adik iparnya. Itu semua untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk membiayai sekolah kami saat itu. Apalagi dua orang abang dan kakak saya saat itu sekolah dinegri orang. Tapi, usaha itu tak bertahan lami, karena dijual untuk membiayai pengobatan Ayah saya. Dengan semangat yang tidak pernah menyerah, orangtua saya berjuang keras untuk memperjuangkan pendidikan kami, hingga tidak ada sedikitpun yang lecet terhadap pendidikan kami. Itu semua berkat perjuangan orangtua kami dan doa yang disertai tetesan air mata beliau kepada Allah agar kami menjadi anak yang berguna.

Melihat hal ini, Ibu saya mencoba membantu meringankan beba rumah tangga saat itu. Ibu saya mencoba untuk membuka ladang, bertani. Alhamdulillah saat itu dua Abang dan dua Kakak saya sudah bekerja, merekalah yang membantu orangtua saya dan membantu pendidikan adik-adiknya.

Ketika libur sekolah tiba, saya sering ikut Ibu saya ke ladang untuk membantunya mengurusi ladang. Terkadang saya membakar ladang. Kegiatan membakar ladang merupakan masa yang disenangi pemuda-pemudi. Para pemuda membakar pakai suluh dan pemudi menyediakan makanan.

Di sini saya belajar menanam padi, ini adalah ilmu yang tidak saya dapatkan di sekolah. Meskipun terkadang saya merasa bosan mengerjakannya, sebab di bawah panasnya terik matahari saya harus mengerjakannya. Tapi, kalau saya tidak mengerjakannya berarti saya sudah menolak apa yang diperintahkan orangtua saya. 
 Orangtua saya saja ikhlas mengerjakan demi anak-anaknya kenapa saya tidak mau membantu nya. Itu lah yang menjadi alasan saya mengapa saya harus ikut membantu Ibu saya ke ladang.

KEINGINAN BERSEKOLAH DILUAR
Panipahan adalah tanah kelahiran ku, sebuah desa yang berada di pesisir pantai. Desa yang kaya akan ikan dan hasil laut lainnya. Tidak menutup kemungkinan, anak-anak di desa ini kaya akan gizi. Di sini lah saya banyak melalui kehidupan bersama keluarga dan teman-teman. Hingga pendidikan saya pun banyak saya habiskan di desa saya. Mulai dari tingkat dasar sampai tingkat atas.

Saya sangat berkeinginan mengenyam pendidikan di luar. Keinginan saya ini sudah ada sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Ketika saya tamat sekolah dasar nanti, saya ingin melanjutkan ke pesantren. Itu lah keinginan saya dulu.

Tapi keinginan ini tidak terpenuhi, karena orangtua saya belum mau melepaskan saya ke negeri orang, dan juga saat itu saya masih kecil. Orangtua saya belum rela melepaskan saya. Saya tetap mematuhi perintah orangtua saya, karena orangtua saya berjanji akan menyekolahkan saya di luar setelah saya tamat madrasah nanti. Saat itu saya bersekolah di madrasah tsanawiyah.

Usai tamat Madrasah Tsanawiyah, keinginan saya untuk bersekolah di luar juga tidak terpenuhi. Karena seperti yang saya ceritakan di atas tadi, ketika saya duduk di bangku madrasah Ayah saya jatuh sakit. Tentu kekecewaan semakin melonjak, Karena keinginan yang bertahun-tahun dipendam juga kian tak terwujud.
Hampir saya tidak melanjutkan pendidikan saya. Karena keegoan yang tinggi membuat saya hampir memutuskan pendidikan saya. Selang sehari sebelum ajaran baru dimulai, saya membuka pikiran untuk tetap melanjutkan pendidikan saya. Karena saya tidak mau melihat orangtua saya bersedih. Malam, sekitar pukul sembilan saya ajak kakak saya pergi ke rumah kepala sekolah untuk mendaftar. Karena saat itu ada dua sekolah yang belum menutup pendaftaran penerimaan siswa baru, karena sekolah ini memang tidak pernah menutup pendaftaran sampai kapanpun.

Esok harinya, tahun ajaran baru telah dimulai. Dengan suasana hati yang tak pernah nyaman ketika datang kesekolah membuat saya sering bolos sekolah. Meskipun saya hadir disekolah, saya tidak pernah menulis atau mencatat pelajaran yang diberikan oleh guru. Bahkan, ketika Masa Orientasi Siswa (MOS) saya tidak hadir.

Karena tidak pernah serius dalam belajar, saya memperoleh nilai rapor yang jelek. Padahal sejak SD hingga SMP saya sering masuk empat besar di kelas. Mengetahui hal ini ortangtua saya sangat marah, hingga ayah saya pernah membuang buku saya dan menyuruh saya untuk berhenti sekolah. Singkat cerita, suatu malam saya menangis sambil berpikir tentang bagaimana masa depan saya nantinya kalau saya tidak sekolah.

Dengan niat dan tekad yang kuat, saya berjanji di dalam hati saya bahwa saya tidak akan mengecewakan orangtua saya. Saya akan belajar sungguh-sungguh dan harus berprestasi seperti  yang dulu lagi, ketika saya SD dan SMP dulu. Saya bangun dari tempat tidur, saya hapus air mata dan saya mendatangi orangtua saya untuk meminta maaf atas perilaku saya yang telah mengecewakannya. Mulai sejak itu saya tanamkan niat yang sungguh-sungguh dalam diri saya untuk menjadi anak yang bisa membahagiakan kedua orangtua.

PRESTASI TAK TERLUPAKAN MASA ALIYAH

Meski tidak bisa mengenyam pendidikan diluar, saya harus bisa menjadi anak yang berprestasi dikampung saya. Karena saya berpikir dengan bersekolah di kampung sendiri pun juga bisa membanggakan sekolah di kampung orang. Hal ini bisa saya wujudkan bersama teman-teman, hingga sekolah kami selalu menjadi pemenang dalam setiap kegiatan diluar sekolah.

Membangkitkan Kembali Nama Sekolah

Madrasah Aliyah Tarbiyah Islamiyah adalah tempat saya menimba ilmu. Meskipun saya sempat tidak menyenangi sekolah ini, karena sekolah ini sangat tidak terkenal dan tidak memiliki prestasi yang membanggakan di luar, bahkan sering direndahkan oleh siswa dari sekolah lain. Tidak jarang juga, guru dari sekolah lain juga ikut merendahkan sekolah ini.

Kami sebagai siswa yang bersekolah di sekolah ini, merasa malu dengan hal itu. Setahun bersekolah di Tarbiyah, saya mulai berpikir bagaimana saya bisa membangkitkan nama sekolah saya, dan menjadi sekolah yang disegani oleh siswa dari sekolah lain bahkan guru pun.

Saya sering berdiskusi dengan teman-teman bagaimana sekolah ini menjadi terkenal di dalam maupun di luar kampung saya. Dan ternyata kami mempunyai pemikiran yang sama. Kami bangun link di luar, kami jalin komunikasi dengan orang-orang di luar. Dan kami sering ikut barsaing dengan sekolah lain. Hasilnya sangat membanggakan, sekolah kami selalu menjadi pemenang. Hingga sekolah kami pernah mewakili perlombaan mading 3D ditingkat kabupaten.

Menumpas Kasus Korupsi di Sekolah

Saat itu teman saya dari sekolah lain mengabarkan bahwa mereka mendapatkan beasiswa dari sekolahnya. Hal ini tentu membuat saya bertanya-tanya. Sebab, mereka sering mendapatkan beasiswa ini setiap tahunnya. Mengapa kami tidak dapat. Padahal sekolah kami sama-ssama aliyah.

Selesai shalat magrib, saya bertemu dengan guru matematika saya di mesjid ketika hendak keluar. Saya tanyakan tentang beasiswa tersebut kepadanya. Beliau tidak tahu tentang itu, tetapi dia akan coba tanya kepada kepala sekolah. Tapi, saya membantah itu. Saya takut beliau yang dituduh membocorkan rahasia itu.
Saya diskusikan hal ini sama empat orang teman saya, karena mereka saya anggap bisa dipercaya. Kami gali terus informasi tentang beasiswa itu. Setelah kami dapatkan beberapa informasi yang cukup bukti, kami langsung ajukan kepada anak kepala sekolah yang saat itu sangat berkuasa di sekolah tersebut. Kami langsung di caci maki olehnya, karena kami dianggap terlalu ikut campur terhadap urusan sekolah.

Beberapa saat kemudian, datang adiknya yang juga berkuasa di sekolah itu. Kami dipanggil ke kantor untuk membahas masalah ini. Di kantor kami diancam akan dikeluarkan dari sekolah jika membuat masalah. Kami tidak takut dengan ancaman tersebut. Saya dengan suara lantang saya memberanikan diri membantah ancamannya. Sempat terjadi adu mulut antara kami dengannya. Selam lima jam di kantor, kami tetap bersikeras akan menuntaskan kasus itu. Meskipun dia meminta kami untuk tidak mengungkit hal itu.

Meskipun tidak ada penjelasan yang pasti tentang beasiswa tersebut, kami terus mencari bukti. Kami dapatkan bukti dari mana uang itu di keluarkan. Dengan semangat dan dukungan teman-teman serta adik-adik kelas kami berencana pergi ke kantor pos untuk mencari bukti pengambilan uang tersebut.

Esok harinya, sebelum berangkat ke kantor pos saya dipanggil ke ruangan OSIS oleh anak kepala sekolah. Ternyata saya diinformasikan bahwa beasiswa tersebut akan dibagikan. Saya langsung ceritakan itu dengan teman-teman, saya langsung bersujud sambil meneteskan air mata, teman-teman pun langsung bersorak gembira. Guru-guru, Orangtu saya, orangtua teman-teman saya dan adik-adik kelas juga sangat senang dengan informasi itu. Dan kami sangat terharu dengan prestasi kami itu.

KESEMPATAN MENGENYAM PENDIDIKAN DI LUAR

Impian untuk menuntut ilmu di luar akhirnya terwujud. Usai menamatkan Aliyah, saya mendapatkan kesempatan untuk kuliah di Pekanbaru. Saya tidak menyangka kesempatan ini akan saya dapatkan. Sebelumnya saya merasa bahwa saya tidak akan kuliah, karena orangtua saya tidak punya biaya untuk itu.

Alhamdulillah, abang dan kakak saya menyuruh saya untuk melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi. Mereka lah yang membiayai kuliah saya. Dengan kesungguhan hati dan dengan perasaan bahagia saya bersyukur kepada Allah atas rezki yang diberikannya kepada orangtua, abang dan kakak saya.

Ketika pengumuman kelulusan keluar, saya langsung di suruh abang saya berangkat ke Pekanbaru untuk melihat kampus yang akan menjadi tempat saya kuliah. Saat itu saya disuruh memilih kampus yang mana yang akan saya jadikan tempat kuliah. Saya memilih Universitas Riau. Jurusan yang ingin saya ambil adalah Akuntansi. Ketika mendaftar, saya sempat bingung, karena saya harus memilih tiga jurusan. Karena saat itu saya memilih IPC. Tentu saya bingung, karena dari awal saya hanya ingin mengambil Akuntansi.Sambil berpikir sejenak, akhirnya saya memilih jurusan Sosiologi sebagai pilihan yang kedua dan Sosial Ekonomi Perikanan sebagai pilihan yang ketiga.

Seminggu kemudian, tiba saatnya ujian. Nama ujiannya Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN). Alhamdulillah saya lulus di jurusan Sosiologi. Ketika itu kakak ipar saya yang melihat pengumuman hasil ujiannya di Koran riau pos. ketika mendengar berita itu, saya langsung melompat sambil teriak dan langsung menyalami Ibu dan ayah saya.

Alhamdulillah sekarang saya sudah menjadi mahasiswa Universitas Riau, dan saya punya banyak teman di Kampus ini dan di Pekanbaru ini.

0 komentar:

Posting Komentar