Jumat, 14 Desember 2012

Belajar Jurnalistik


Oleh Suryadi
“Semakin malam, semakin semangat.”

Tiga bangunan serba biru jadi tempat diklat Jurnalis. Gedung itu milik organisasi pemuda,  Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Lokasinya Diponegoro, belakang Gedung Olahraga (GOR) Tribuana. Jika berdiri depan gerbang, gedung berbentuk leter U. Depan ada Pondopo, kiri rumah inap, ada 20 kamar dan 8 kamar mandi, kanan kantin dan ruang rapat. Pinggir jalan, depan gedung berjajar bendera biru putih.

Sabtu (24/3), sebelum berangkat, aku mondar-mandir di kos. Kala itu, jam menunjukkan 7 pagi. Udah empat hari mesin air di kos rusak. Aku bingung, mau mandi di mana pagi itu. Padahal, hari itu hari kedua diklat jurnalis yang diadakan LPM Aklamasi Institut UIR, peserta harus datang pukul 08.30.


Aku lihat motor merek legenda parkir kaki dua, di teras kos teman, depan kos ku. Bannya kotor, bodinya pun banyak goresan. Aku datangi, tok… tok… tok… “assalamualaikum Bang,” aku panggil dari luar. “waalaikumsalam.” Jawabnya, sambil membuka pintu sedikit. Aku hendak numpang mandi di kos nya. 
 Dengan mata yang masih ngantuk, Dia persilakan Aku masuk. Tapi, aliran listrik di kos nya tak mengalir lagi. Aku ambil kabel sekitar 4 meter, aku sambung kelistrik kos ku.

Usai mandi, aku bingung, mau pergi sama siapa. Teman-teman di kos pulang kampung, mau naik bus, dompet tinggal di sekre Bahana Mahasiswa UR. Jarum jam di layar handphone menunjuk angka 9. Sesekali sms masuk ke Hp., isi nya menanyakan di mana posisi aku, dari Zuhdi dan Yunita, teman sesama diklat. Sambil berdiri depan pintu, seorang teman kos tiba-tiba datang dengan motor mio putih. “mau kemana?” Tanya nya. “aku mau ke Ponegoro, mau kau ngantar aku?” jawab ku sembari minta tolong. Kami pun berangkat, aku memakai jaket biru.

Seminggu sebelum nya, kami di rekomendasi oleh Bahana, untuk ikut diklat Jurnalis yang diadakan oleh Aklamasi. Namun, hanya empat orang yang bisa ikut. Malam, sebelum berangkat kami ngumpul di Bahana. Susana di sana sangat sibuk. Ada yang fb­-an, ada yang nonton TV dan aku sibuk bikin proposal untuk DJMTD bulan April nanti.


Jumat, (23/3) pukul 9 pagi, kami berangkat menuju kampus UIR. Kami pakai motor Spin dan Jupiter z. Lovina, Pimpinan Umum Bahana sms kami. Dia perintahkan kami untuk cepat berangkat ke sana. Sebab, panitia kegiatan udah menanyakan perwakilan Bahana. 20 menit perjalanan dari Gobah, kami sampai di UIR. Mata sibuk tengok kiri, tengok kanan, mencari lokasi kegiatan. Sampai depan mesjid, kami putar lagi ke belakang. Ketika mata memandang sebelah kiri, sebuah papan putih berukuran 1x1 meter tertulis Aklamasi. Sembari mendekat, terlihat panitia berkumpul di luar ruangan. Semakin mendekat, suara keras dari dalam ruangan semakin jelas terdengar, sepertinya acara udah dimulai. “silakan masuk, isi daftar hadir dulu.” kata salah seorang Panitia.

Dalam ruangan tersebut, kursi tersusun rapi berbentuk letter U yang udah diduduki oleh peserta. Kami berjalan menuju kursi kosong di belakang. materi ahri adalah pertama sejarah Aklamasi, kedua 10 elemen jurnalis. Tak terasa udah pukul  5 sore. Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) dari UIN SUSKA (Gagasan), UR (Bahana) datang usai materi diklat terakhir disampaikan. Hari itu ada rapat Foru Pers Mahsiswa (Fopersma). Rapat dilakukan diatas rumput hijau, di bawah pohon rindang, di samping Perpustakaan UIR.

Kumandang adzan magrib pun terdengar. peserta diklat berkumpul dengan barang-barang mereka. Panitia mengatakan, peserta diklat harus dipindahkan. Sebab, di UIR ada aturan bahwa perempuan tak diizinkan bermalam di kampus.

Esoknya, lokasi diklat pindah di gedung KNPI. Pondopo jadi tempat kami belajar jurnalis. Dinding luar Pondopo warna biru, pintu dan jendelanya dari kaca. Untuk masuk kedalam, kita harus menaiki beberapa anak tangga, bisa lewat depan, samping kiri dan kanan. Di dalam ada sebuah panggung kecil. Di sebelah kanan pondopo ada musalla yang juga berwarna biru.

Pemateri yang punya pengalaman dalam hal ini, bagikan ilmunya pada kami. Bagaimana teknik menulis, wawancara, sikap seorang wartawan dan banyak hal diajarkan. Acungan tangan dan tanya jawab antara paserta dan pemateri pun bikin suasana jadi rebut. Kadang, peserta dibuat tertawa terbahak –bahak oleh pemateri.

Hari kedua diklat, kami punya materi hingga subuh. Sorenya, kami ada simulasi. Kami turun kejalan cari berita. Ada yang pergi pakai sepeda motor, ada juga yang berjalan kaki. Pukul 7 malam, semua peserta kumpul di Pondopo. Semua liputan sore itu dikumpul dan diketik di laptop. Suasana berkelompok pun tercipta di ruangan tersebut.

Pukul 12 malam, Zainul Ikhwan beri materi. Semakin malam, semakin semangat. Peserta dibuat ceria olehnya. Tak ada yang ngantuk, padahal udah subuh. Suasana seperti siang. Banyak hal dilakukannya, games, motivasi, sesekali beliau juga tampilkan iklan-iklan lewat laptop nya. Dari iklan tersebut Dia minta kami beri tanggapan. Tak henti-hentinya, tanggapan kami berikan. Begitulah suasan malam itu. Paginya, materi Foto Grafi diajarkan pada kami. Pematerinya Melfinas, foto grafer dari Koran Tribun Pekanbaru.

Beberapa bulan yang lalu, ketika masih semester satu, aku udah belajar tentang jurnalis. Saat itu, LPM Bahana Mahasiswa UR adakan diklat ini. Tempat nya UR Gobah. Temanya, “menulis butuh tahu dan berani.” Aku lihat pengumuman ini di pamflet yang ditempel di mading kampus FISIP. Aku telfon contact parson yang ada di pengumuman itu. Esoknya, aku diberi formulir. Semua persyaratan aku siapkan. Sebulan kemudian, hari pertama diklat pun dimulai.

Di Bahana aku bertemu banyak orang. Bahana punya sekre yang cukup besar. Ada 7 ruangan di dalamnya. 3 kamar tidur, 1 ruang rapat, 1 perpustakaan, 1 ruang komputer dan 1 ruangan tempat penyimpanan arsip-arsip Bahana. Di tambah lagi satu kamar mandi.

Bahana punya hubungan baik dengan pers mahasiswa lain, di seluruh Universitas yang ada di Pekanbaru. Kebiasaan dari setiap pers mahasiswa apabila adakan diklat jurnalis, mereka mengirimkan pesertanya. Seperti yang dilakukan Bahana, mengirim kami di kegiatan diklat jurnalis yang diadakan oleh Aklamasi.

0 komentar:

Posting Komentar