Selasa, 29 Januari 2019

Ketemu Orangtua Qei

Bersama orangtua Qei dan adik-adiknya sebelum mereka kembali ke Tanjung Pinang.

Ayah Sumarno dan Mak Isnaniah beserta anak bungsunya Khairu Ummah, datang ke Pekanbaru, Jumat 25 Januari 2019. Mereka dari Tanjung Pinang, untuk menghadiri wisuda anak keduanya Khairunnisa di Universitas Islam Riau (UIR), Sabtunya. Khairunnisa lulusan Matematika Keguruan dan Ilmu Pendidikan.


Saya sudah janji pada Qei akan mengunjungi orangtuanya Sabtu malam. Tapi, tak ada kendaraan. Kebetulan, adik-adik tempat saya tinggal sedang liburan di kampung. Saya juga sedang tak punya duit buat naik angkutan online atau yang paling murah seperti angkot sekalipun.

Saya agak gelisah malam itu. Pesan whatsapp yang saya kirim pada Qei belum diterimanya. Mau nelpon, tak ada pulsa. Kira-kira, pukul 10 malam, Qei baru menghubungi. Dia bilang, sejak siang gawainya kehabisan baterai. Mereka juga keliling Pekanbaru seharian. Saya juga sampaikan keadaan malam itu. Untunglah, Qei memakluminya.

Saya janjikan lagi untuk datang besok malamnya. Orangtua Qei bermalam di rumah adik perempun Mak Isnaniah.

Keadaannya masih sama. Masalah kendaraan. Tapi, lagi-lagi ada keberuntungan. Malam itu mereka berkunjung ke rumah saudara kandung Ayah Sumarno.

Saya baru dapat datang Senin, malam, lepas isya. Saya mengetuk pintu dan mengucap salam. Ayah Sumarno menjawabnya seraya buka pintu. Saya dipersilakan masuk lalu diajak ke ruang tengah. Saya ditawari makan tapi masih kenyang. Ayah Sumarno minta saya menunggu dan beranjak ke dapur. Qei dan ponakannya ada di situ.

Qei menawarkan teh dan kue pukis. Tak berapa lama setelah itu, Ayah Sumarno kembali ke ruang tengah. Kami pun ngobrol santai setelah saya perkenalkan diri. Tak ada pembicaraan serius. Kami saling tanya dan menjawab. Ayah Sumarno banyak cerita masa kecil sampai kuliah. Dia juga alumnus matematika UIR. Beberapa kali dia menyelipkan nasihat. Soal kejujuran, ibadah dan tanggungjawab.

Hampir dua jam kami bicara, Mak Isnaniah tiba bersama Khairunnisa. Saya menyalaminya. Dia kelihatan lelah karena belanja sejak sore. Qei memijit kaki mak nya. Kami tak banyak bicara lagi. Saya harus pamit karena sudah lewat pukul 10 malam dan waktunya untuk istirahat. Besok, mereka akan kembali ke Tanjung Pinang.

Saya ikut menghantar mereka ke Bandara Sultan Syarif Kasim II. Beruntung tidak terlambat, karena saya dua kali mampir selama perjalanan untuk menunggu hujan reda. Saya tiba sekitar 10 menit sebelum mereka. Saya langsung menghampiri dan menyalami Ayah Sumarno. Beri Ummah brownies cokelat dan pandan.

Mereka langsung masuk untuk check in. Setelahnya, keluar lagi untuk foto bersama saudara yang menghantar. Saya juga diajak berfoto sebelum semuanya saling berpamitan.
 
Sebuah pertemuan yang sangat berkesan dan menyenangkan. Ada doa dan harapan dalam pertemuan itu.

0 komentar:

Posting Komentar