Bersama orangtua Qei dan adik-adiknya sebelum mereka kembali ke Tanjung Pinang. |
Ayah
Sumarno dan Mak Isnaniah beserta anak bungsunya Khairu Ummah, datang ke
Pekanbaru, Jumat 25 Januari 2019. Mereka dari Tanjung Pinang, untuk menghadiri
wisuda anak keduanya Khairunnisa di Universitas Islam Riau (UIR), Sabtunya. Khairunnisa
lulusan Matematika Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Saya
sudah janji pada Qei akan mengunjungi orangtuanya Sabtu malam. Tapi, tak ada
kendaraan. Kebetulan, adik-adik tempat saya tinggal sedang liburan di kampung. Saya
juga sedang tak punya duit buat naik angkutan online atau yang paling murah seperti angkot sekalipun.
Saya
agak gelisah malam itu. Pesan whatsapp
yang saya kirim pada Qei belum diterimanya. Mau nelpon, tak ada pulsa. Kira-kira, pukul 10 malam, Qei baru
menghubungi. Dia bilang, sejak siang gawainya kehabisan baterai. Mereka juga
keliling Pekanbaru seharian. Saya juga sampaikan keadaan malam itu. Untunglah,
Qei memakluminya.
Saya
janjikan lagi untuk datang besok malamnya. Orangtua Qei bermalam di rumah adik
perempun Mak Isnaniah.
Keadaannya
masih sama. Masalah kendaraan. Tapi, lagi-lagi ada keberuntungan. Malam itu
mereka berkunjung ke rumah saudara kandung Ayah Sumarno.
Saya
baru dapat datang Senin, malam, lepas isya. Saya mengetuk pintu dan mengucap
salam. Ayah Sumarno menjawabnya seraya buka pintu. Saya dipersilakan masuk lalu
diajak ke ruang tengah. Saya ditawari makan tapi masih kenyang. Ayah Sumarno
minta saya menunggu dan beranjak ke dapur. Qei dan ponakannya ada di situ.
Qei
menawarkan teh dan kue pukis. Tak berapa lama setelah itu, Ayah Sumarno kembali
ke ruang tengah. Kami pun ngobrol
santai setelah saya perkenalkan diri. Tak ada pembicaraan serius. Kami saling
tanya dan menjawab. Ayah Sumarno banyak cerita masa kecil sampai kuliah. Dia juga
alumnus matematika UIR. Beberapa kali dia menyelipkan nasihat. Soal kejujuran,
ibadah dan tanggungjawab.
Hampir
dua jam kami bicara, Mak Isnaniah tiba bersama Khairunnisa. Saya menyalaminya. Dia
kelihatan lelah karena belanja sejak sore. Qei memijit kaki mak nya. Kami tak
banyak bicara lagi. Saya harus pamit karena sudah lewat pukul 10 malam dan
waktunya untuk istirahat. Besok, mereka akan kembali ke Tanjung Pinang.
Saya
ikut menghantar mereka ke Bandara Sultan Syarif Kasim II. Beruntung tidak
terlambat, karena saya dua kali mampir selama perjalanan untuk menunggu hujan
reda. Saya tiba sekitar 10 menit sebelum mereka. Saya langsung menghampiri dan
menyalami Ayah Sumarno. Beri Ummah brownies
cokelat dan pandan.
Mereka
langsung masuk untuk check in. Setelahnya,
keluar lagi untuk foto bersama saudara yang menghantar. Saya juga diajak
berfoto sebelum semuanya saling berpamitan.
Sebuah pertemuan yang sangat berkesan dan menyenangkan. Ada doa dan harapan dalam pertemuan itu.
0 komentar:
Posting Komentar