Tiap akhir pekan, banyak muda-mudi mengitari Taman Tengku Agung di bawah jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, Siak. |
Jumat
petang, 5 Januari 2019, saya tiba di Kabupaten Siak, Riau. Saya hendak menulis
beberapa cerita berkaitan lingkungan di sana. Mulai masalah pencemaran sungai
karena limbah sawit, pembangunan taman teknologi pertanian, kegiatan petani
dampingan Badan Restorasi Gambut dan berakhir pada panen raya padi yang
dihadiri Luhut Binsar Panjaitan, Menko Kemaritiman.
Saya
menghabiskan waktu dari Siak ke Buantan Lestari lanjut ke Jatibaru. Dari
Bungaraya ke Sungai Mandau. Dan bolak-balik dari Dinas Pertanian ke Dinas
Ketahanan Pangan juga Dinas Perdagangan dan Perindustrian.
Disela-sela
waktu senggang, atau ketika tak ada janji dengan narasumber, saya mengunjungi
beberapa tempat wisata alam. Dari wisata mangrove sampai wisata sawah. Dari wisata
sejarah sampai wisata religi. Ia ada di Pebadaran juga di Suak Merambai. Di
Bungaraya dan di Buantan.
Dalam
Kota Siak juga banyak tempat bersantai. Selain Kedai Kopi ada banyak tempat
nongkrong di sepanjang Sungai Siak. Juga banyak taman. Seperti Taman Tengku
Agung di bawah jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah. Tiap sore akhir pekan,
ada band lokal yang menghibur pengunjung. Anak-anak muda pegiat seni bikin
pasar di sebelah taman. Selain jual makanan dan minuman, ada juga hasil
kerajinan tangan. Orang-orang menyebutnya pasar pohon. Jadi lengkap dengan
beberapa sudut yang menarik bagi mereka untuk selfie dan swafoto.
Saya menulis di Kedai Kopi AC dari pagi sampai malam. |
Selama
di Siak, saya lebih sering bangun subuh dan berjalan kaki sampai pagi. Ke rumah
makan dan ke kedai kopi juga jalan kaki. Saya sering ke Kedai Kopi AC Jalan
Soetomo dan sekali-kali di Kedai Kopi ABC dekat kelenteng. Saya menulis di
sana. Saya juga sering ke Masjid Agung Islamic Center. Baca Al Quran selepas
Maghrib dan Subuh.
Saya
juga banyak dibantu beberapa teman. Hari pertama, Tengku Satria atau sering
saya panggil Pak Abu, menghantarkan saya ke rumah Badri, petani di Buantan
Lestari dan bermalam dua hari di rumahnya.
Badri
pernah ikut sekolah lapang petani gambut yang diselenggarakan BRG di Indragiri
Hilir, 2017 lalu. Dia dan 40 peserta lainnya belajar cara buka dan kelola lahan
tanpa bakar. Bikin pupuk F1 Embio, pengganti pestisida atau pupuk kimia. Badri,
tanam cabe, sawi, jagung, mentimun dan kacang panjang.
Setelah
selesai urusan dengan Badri, Tengku Satria dengan senang hati jemput saya lagi
dengan mobil bersama seseorang. Rupanya, di tengah jalan menuju kebun Badri,
motornya mogok dan tak bisa dihidupkan sama sekali. Dia menitip motor itu di
rumah teman yang kebetulan tidak jauh dari lokasi dan menghubungi pamannya.
Saya
juga sempat mengalami masalah dengan kendaraan yang saya sewa dari Pakde Basri.
Rantainya lepas dan masuk disela-sela piringan belakang. Beruntung, seorang laki-laki
paruh baya keluar dari masjid dan seorang remaja datang membantu di tepi jalan
yang sudah mulai gelap.
Kejadiannya
dalam perjalanan pulang selepas wawancara Misriati, Ketua Kelompok Wanita Tani
Rosela Indah. Kerjanya bersama perempuan di sana, tanam sayur dan cabe di
polybag. Dia juga pernah ikut sekolah lapang petani gambut bersama Badri
mewakili Kampung Buantan Lestari. Misriati mengajar anggotanya bikin F1 Embio.
Pak Amin, (kiri) di wisata mangrove Kampung Pebadaran. |
Pak
Amin, juga berbaik hati membawa saya ke beberapa tempat wisata. Kami makan mie
goreng di warung dan menyeberang sungai dengan ponton. Pak Amin lihai main
gambus dan menciptakan lagu melayu. Dia dan beberapa temannya tengah mempersiapkan
wisata baru di Kampung Buantan, dekat makam Raja Kecik dan Kolam Hijau. Pak Amin
Ketua Kelompok Sadar Wisata di sana. Dia juga mulai buka lahan buat berkebun.
Ada
juga Hermawan. Saya memanggilnya Pak Ketua. Dia punya Siak Video. Serius merekam
masalah lingkungan dan keadilan sosial. Kami sering ngopi dan nongkrong di tepi
sungai waktu sore. Pak Ketua banyak menghubungkan saya ke beberapa narasumber
yang ingin saya temui. Saya juga sempat bermalam beberapa hari di rumahnya.
Sebenarnya,
kami berempat pernah liputan bersama di Pulau Rangsang, Kepulauan Meranti,
sekitar April tahun lalu. Waktu itu ada kegiatan penanaman mangrove oleh warga
setempat dihibur dengan seni daerah dan musik reggae.
Saya
bekerja untuk Mongabay Indonesia. Media online, konsen pada masalah lingkungan.
Dari perambahan hutan sampai Karhutla. Dari kejahatan satwa hingga pencemaran
lingkungan. Dari konflik agraria sampai pejuang lingkungan.
Sehari sebelum meninggalkan Siak, saya juga dapat teman baru. Arif namanya. Seorang fotografer. Sering diminta ketika ada perkawinan dan hajatan lainnya. Dia memulai usaha kuliner dan mengundang kami setelah hari kedua dibuka. Saya dan Pak Ketua menikmati soto darah, Pak Abu lontong pecal. Arif juga menyediakan bubur pocong. Silakan datang dan mencobanya, Jalan Mempelu, Balai Kayang, Siak.
What is online casino? - Anambien Hoppie
BalasHapusOnline casino is one of the most 온라인 카지노 벳무브 popular types of games you can find on online casinos online in Canada. While playing online casino games isn't