Minggu, 20 Januari 2019

Dua Pekan di Siak


Tiap akhir pekan, banyak muda-mudi mengitari Taman Tengku Agung di bawah jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, Siak.

Jumat petang, 5 Januari 2019, saya tiba di Kabupaten Siak, Riau. Saya hendak menulis beberapa cerita berkaitan lingkungan di sana. Mulai masalah pencemaran sungai karena limbah sawit, pembangunan taman teknologi pertanian, kegiatan petani dampingan Badan Restorasi Gambut dan berakhir pada panen raya padi yang dihadiri Luhut Binsar Panjaitan, Menko Kemaritiman.

Saya menghabiskan waktu dari Siak ke Buantan Lestari lanjut ke Jatibaru. Dari Bungaraya ke Sungai Mandau. Dan bolak-balik dari Dinas Pertanian ke Dinas Ketahanan Pangan juga Dinas Perdagangan dan Perindustrian.

Disela-sela waktu senggang, atau ketika tak ada janji dengan narasumber, saya mengunjungi beberapa tempat wisata alam. Dari wisata mangrove sampai wisata sawah. Dari wisata sejarah sampai wisata religi. Ia ada di Pebadaran juga di Suak Merambai. Di Bungaraya dan di Buantan.

Dalam Kota Siak juga banyak tempat bersantai. Selain Kedai Kopi ada banyak tempat nongkrong di sepanjang Sungai Siak. Juga banyak taman. Seperti Taman Tengku Agung di bawah jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah. Tiap sore akhir pekan, ada band lokal yang menghibur pengunjung. Anak-anak muda pegiat seni bikin pasar di sebelah taman. Selain jual makanan dan minuman, ada juga hasil kerajinan tangan. Orang-orang menyebutnya pasar pohon. Jadi lengkap dengan beberapa sudut yang menarik bagi mereka untuk selfie dan swafoto.

Saya menulis di Kedai Kopi AC dari pagi sampai malam.
Selama di Siak, saya lebih sering bangun subuh dan berjalan kaki sampai pagi. Ke rumah makan dan ke kedai kopi juga jalan kaki. Saya sering ke Kedai Kopi AC Jalan Soetomo dan sekali-kali di Kedai Kopi ABC dekat kelenteng. Saya menulis di sana. Saya juga sering ke Masjid Agung Islamic Center. Baca Al Quran selepas Maghrib dan Subuh.

Saya juga banyak dibantu beberapa teman. Hari pertama, Tengku Satria atau sering saya panggil Pak Abu, menghantarkan saya ke rumah Badri, petani di Buantan Lestari dan bermalam dua hari di rumahnya.

Badri pernah ikut sekolah lapang petani gambut yang diselenggarakan BRG di Indragiri Hilir, 2017 lalu. Dia dan 40 peserta lainnya belajar cara buka dan kelola lahan tanpa bakar. Bikin pupuk F1 Embio, pengganti pestisida atau pupuk kimia. Badri, tanam cabe, sawi, jagung, mentimun dan kacang panjang.

Setelah selesai urusan dengan Badri, Tengku Satria dengan senang hati jemput saya lagi dengan mobil bersama seseorang. Rupanya, di tengah jalan menuju kebun Badri, motornya mogok dan tak bisa dihidupkan sama sekali. Dia menitip motor itu di rumah teman yang kebetulan tidak jauh dari lokasi dan menghubungi pamannya.

Saya juga sempat mengalami masalah dengan kendaraan yang saya sewa dari Pakde Basri. Rantainya lepas dan masuk disela-sela piringan belakang. Beruntung, seorang laki-laki paruh baya keluar dari masjid dan seorang remaja datang membantu di tepi jalan yang sudah mulai gelap.

Kejadiannya dalam perjalanan pulang selepas wawancara Misriati, Ketua Kelompok Wanita Tani Rosela Indah. Kerjanya bersama perempuan di sana, tanam sayur dan cabe di polybag. Dia juga pernah ikut sekolah lapang petani gambut bersama Badri mewakili Kampung Buantan Lestari. Misriati mengajar anggotanya bikin F1 Embio.

Pak Amin, (kiri) di wisata mangrove Kampung Pebadaran.
Pak Amin, juga berbaik hati membawa saya ke beberapa tempat wisata. Kami makan mie goreng di warung dan menyeberang sungai dengan ponton. Pak Amin lihai main gambus dan menciptakan lagu melayu. Dia dan beberapa temannya tengah mempersiapkan wisata baru di Kampung Buantan, dekat makam Raja Kecik dan Kolam Hijau. Pak Amin Ketua Kelompok Sadar Wisata di sana. Dia juga mulai buka lahan buat berkebun.

Ada juga Hermawan. Saya memanggilnya Pak Ketua. Dia punya Siak Video. Serius merekam masalah lingkungan dan keadilan sosial. Kami sering ngopi dan nongkrong di tepi sungai waktu sore. Pak Ketua banyak menghubungkan saya ke beberapa narasumber yang ingin saya temui. Saya juga sempat bermalam beberapa hari di rumahnya.

Sebenarnya, kami berempat pernah liputan bersama di Pulau Rangsang, Kepulauan Meranti, sekitar April tahun lalu. Waktu itu ada kegiatan penanaman mangrove oleh warga setempat dihibur dengan seni daerah dan musik reggae.

Saya bekerja untuk Mongabay Indonesia. Media online, konsen pada masalah lingkungan. Dari perambahan hutan sampai Karhutla. Dari kejahatan satwa hingga pencemaran lingkungan. Dari konflik agraria sampai pejuang lingkungan.

Sehari sebelum meninggalkan Siak, saya juga dapat teman baru. Arif namanya. Seorang fotografer. Sering diminta ketika ada perkawinan dan hajatan lainnya. Dia memulai usaha kuliner dan mengundang kami setelah hari kedua dibuka. Saya dan Pak Ketua menikmati soto darah, Pak Abu lontong pecal. Arif juga menyediakan bubur pocong. Silakan datang dan mencobanya, Jalan Mempelu, Balai Kayang, Siak.

1 komentar:

  1. What is online casino? - Anambien Hoppie
    Online casino is one of the most 온라인 카지노 벳무브 popular types of games you can find on online casinos online in Canada. While playing online casino games isn't

    BalasHapus