Oleh Suryadi
BADRUN, Ramadanes dan Rian bernasib malang
pada empat hari jelang akhir November lalu. Sepeda motor mereka raib di kampus
sendiri. Supra X 125 abu-abu hitam bernomor polisi BM 2415 GY
milik Badrun, Satria F150 merah hitam bernomor polisi 2881 NS
punya Ramadanes dan motor matic Honda Vario milik Rian.
Waktu
menunjukkan pukul delapan malam saat itu. Badrun dan Rian hendak pulang setelah
ikut kegiatan kampus. Mereka menuju tempat parkir motor dekat portal samping
Gelanggang Remaja. Namun motornya sudah tak ada. Mereka langsung lapor pihak
keamanan.
“Tutup semua
portal,” perintah seorang security yang berjaga di pos
melalui handy talkie.
“Sudah jelas
kampus ini termasuk bebas. Parkir pula sembarangan tak dikunci ganda lagi,”
tukas Suko Nurdin, Komandan Security UR menanggapi laporan
tersebut. Ia sesalkan kelalaian Badrun dan Rian memarkir motor sembarangan.
“Tapi jarak
pos satpam dari tempat saya parkir hanya beberapa meter,” ujar Badrun. Meski
begitu, Badrun mahasiswa Sosiologi dan Rian mahasiswa Administrasi Bisnis FISIP
mengaku salah tidak memarkirkan motor di area parkir kendaraan.
Pernyataan
Suko Nurdin tak berlaku untuk kasus Ramadanes. Ia memarkirkan motornya di area
parkir FISIP, sesuai tempat yang ditentukan. Senin, sekitar pukul 7 malam, ia
tak lagi temukan motornya. “Rektor kan sudah buat aturan, dilarang berkegiatan
di kampus di atas pukul tujuh malam,” komentar Suko terkait kejadian ini.
Kembali kasus kehilangan motor tak temukan solusi.
Tak hanya
FISIP. Pencurian kendaraan bermotor juga terjadi di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan (Faperika). Sepeda motor Satria F150 bernomor polisi
BM 4664 NG milik Andita mahasiswa Ilmu Kelautan, jadi sasaran. Motornya
hilang di area parkir kolam selam Marine Center.
BERBAGAI cara dilakukan pihak keamanan UR
untuk atasi kehilangan motor. Salah satunya pemberlakuan aturan tak boleh
beraktivitas di kampus di atas pukul tujuh malam. Artinya semua akses masuk
universitas ditutup di atas pukul tujuh malam. Jika ada aktivitas penting
diatas pukul tujuh, mahasiswa harus minta izin pada pihak keamanan.
Ada beberapa
akses masuk kampus Universitas Riau. Melalui gerbang Jalan M Yamin, gerbang
depan Hotel Mona Jalan Subrantas, gerbang samping Jalan Binakrida dan gerbang
Fakultas Ekonomi. Ada juga jalur masuk lain melalui jalan kecil dari belakang
FKIP dan samping Balai Kesehatan (Balkes) UR. Kedua akses masuk ini sudah
dihalangi portal.
Security berjaga
di tiap gerbang masuk kampus. Sistem penjagaan berlaku dua puluh empat jam,
terdiri dari tiga shift. Tiap shift delapan
jam dan tiap satu jam security lakukan patroli dua kali. Agar
semua termonitoring dengan baik, setiap pos security punya
kamera CCTV. Pusatnya di Rektorat.
Security
ada di
tingkat fakultas dan universitas. Kata Suko, security di
fakultas tidak bisa membebankan tanggung jawab kehilangan ke security universitas.
“Jika terjadi kehilangan di fakultas, tanggungjawab lebih pada security fakultas.”
Ia tambahkan hubungan dengan security universitas hanya
melaporkan ada kehilangan di fakultas. Tugas security universitas
adalah melaporkan jika menemukan sesuatu terkait kehilangan tersebut.
“Di fakultas
kami juga kontrol tiap jam,” jelas Indra Munir, security Fakultas
Ekonomi. Supriadi mahasiswa Hubungan Internasional FISIP menyarankan perlu
penjagaan lebih ketat. “Misalnya pakai kartu masuk untuk mahasiswa yang ingin
parkir,” usulnya.
SECURITY punya keluhan terkait penjagaan
keamanan kampus. Ini soal kesejahteraan. Saat di bawah tanggung
jawab Enginering Service and Security Unit (ESSU), mereka
dapat honor Rp 1.360.000 per bulan untuk security berkeluarga,
lajang Rp 1.270.000. Setelah di bawah naungan Unit Hukum Tata Laksana
Perlengkapan (UHTP), honor mereka disama ratakan Rp 1.575.000, baik lajang atau
berkeluarga.
Siman security kampus
UR Gobah katakan lebih enak saat security di bawah ESSU.
“Lebih ngerti kesejahteraan kita, honor belum nikah beda dengan sudah nikah,”
ujarnya.
Perpindahan
pengelolaan security dari ESSU ke UHTP terjadi pada Maret
2012. Menurut Mawardi Kabag Keuangan UR, ESSU bukan lembaga resmi UR. “ESSU di
luar sistem, di SK kan Rektor untuk atur security,” katanya.
Darussalam Kabag UHTP katakan perpindahan pengelolaan security ke
UHTP adalah inisiatif Rektor agar security ditangani lembaga
resmi UR.
LEGALITAS security jadi
masalah selanjutnya. Sesuai Peraturan Kapolri nomor 18 tahun 2006, security harus
punya kompetensi. Sebagai tandanya, ia harus punya sertifikat. Ini
didapat minimal lewat pelatihan gada pratama, sebuah pelatihan khusus security.
Dari situs
resmi Polri, gada pratama adalah pelatihan dasar wajib bagi calon anggota security.
Lama pelatihan empat minggu dengan pola 232 jam pelajaran. Materi pelatihan
antara lain Interpersonal Skill, Etika Profesi, Tugas Pokok, Fungsi
dan Peranan Satpam serta Kemampuan Kepolisian Terbatas.
Selain itu
pelatihan kemampuan Bela Diri, Pengenalan Bahan Peledak serta Barang Berharga
dan Latihan Menembak. Security juga memiliki pengetahuan
tentang baris berbaris dan penghormatan, Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya serta pandai menggunakan Tongkat Polri dan Borgol.
Universitas
Riau sekarang punya 78 security. Di kampus UR Gobah 9 security ,
kampus Dumai 10 security, 9 di rumah dinas Pimpinan UR dan 48 di
kampus Panam. Dari 78 security, hanya 6 yang punya kompetensi.
Selebihnya belum punya. Seperti Muhammad Yudi bertugas di kampus UR Panam. Ia
sudah empat tahun sebagai security UR, tapi belum ada
kompetensi.
Guna
antisipasi soal legalitas, Juni 2012 Azhar Kasmi Kepala Biro Administrasi Umum
dan Keuangan (BAUK) UR berkunjung ke Kepolisian Resor Kota (Polresta)
Pekanbaru. Ia ditemani Suko Nurdin. Kemudian pertengahan 2012 lalu Kepala
Satuan Pembinaan Masyarakat (Kasat Binmas) Kapolresta Pekanbaru Kompol Zulkifli
datangi UR menanggapi kunjungan Azhar dan Suko.
Pertemuan di
ruang BAUK Rektorat. Turut hadir Pembantu Rektor II Yanuar, Kabag Keuangan
Mawardi, Kabag Kepegawaian Azhar Kasymi, Suko Nurdin. Mereka bahas
kompetensi security sesuai Peraturan Kapolri nomor 24 tahun
2007.
Hasil
pertemuan tersebut, UR akan buat pelatihan agar security punya
kompetensi sesuai Peraturan Kapolri nomor 24 tahun 2007. Namun pelatihan belum
juga terlaksana. Azhar beralasan belum dimasukkan anggaran tahun 2012.
“Rencananya 2013 akan diadakan pelatihan itu,” katanya.
TAK hanya Badrun, Ramadanes dan Rian
yang punya pengalaman kehilangan di UR. Pada 2009 Bahana Mahasiswa pernah
beritakan kehilangan yang dialami Katmanto Pegawai Dinas Kementerian Lingkungan
Hidup Regioanal Sumatera. Katmanto kehilangan note book merek Toshiba, flashdisc dan
Kartu Tanda Penduduk (KTP). Barang-barang ini diletakkan dalam mobil sedan yang
parkir sekitar sepuluh meter dari sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Kisah lain
soal sembilan security yang bertugas pada 16 Mei 2010
disandera perampok. Para perampok mengendarai dua mobil—Kijang Innova hitam dan
Kijang Innova Krista biru tua. Perampok berhasil merusakkan satu mesin ATM
Mandiri dan membawa lari uangnya.
UR telah
beberapa kali merombak sistem pengelolaan security kampus.
Tahun 2004 UR baru punya 38 security di bawah komando Kepala
Pos Polisi Sektor Tampan, Bripka Syamsunir Hs. Tiap fakultas dijaga dua security pada
malam hari.
Pada tahun
yang sama Bahana mencatat 38 security tersebut
dibubarkan, diganti Civil Security. Civil Security merupakan
leburan Badan Pengurus Harian (BPH) Yayasan UR yang bertugas menjaga aset-aset
UR, termasuk lahan UR. Civil Security dibentuk atas dasar
semakin parahnya pendudukan tanah UR oleh masyarakat sekitar. Namun Februari
2005 Civil Security dibubarkan.
Tahun 2008.
Pola pengelolaan security UR dari Sword Security dialihkan
ke Smart Security. Ia di bawah kendali Enginering Service and
Security Unit (ESSU). Pola ini hanya bertahan empat tahun. Maret 2012 security kembali
berganti pengelola. Kini security berada di bawah Unit Hukum
Tatat Laksana Perlengkapan (UHTP).
Sistem
keamanan pun sering gonta-ganti. Mulai aturan menggunakan stiker,
pemasangan Closed Circuit Television (CCTV), pembatasan waktu
aktivitas kampus hingga kini menggunakan kertas tanda masuk dan keluar
kendaraan.
Antre menunggu tiket masuk |
AWAL tahun 2013, tiga pos security yang
jadi pintu masuk dan keluar wilayah kampus dipadati antrean kendaraan roda dua
dan roda empat. Masing-masing pos SM. Amin, pos Bangau Sakti dan pos simpang
Masjid Arfaunnas. Kendaraan yang hendak masuk kawasan kampus harus mengambil
kertas tanda masuk yang diberikan security penjaga pos.
Kertas
tersebut berukuran enam kali delapan senti meter. Pada kertas security mencatat
nomor kendaraan dan diberikan kepada pengendara. Saat keluar wilayah kampus,
pengendara harus tunjukkan kertas yang diperoleh saat masuk tadi. Di kertas
juga tertulis, “Apabila tanda keluar masuk ini hilang wajib menunjukkan surat
kendaraan (STNK/BPKB).”
“Ini
sifatnya masih sosialisasi. Kita lihat dulu bagaimana keamanan di kampus dengan
sistem seperti ini,” jelas Antoni, security di pos simpang
Masjid Arfaunnas.
Sutris
mahasiswa FKIP menilai sistem ini cukup merepotkan dan membuat macet. “Orang
yang hilir mudik cukup banyak, menghabiskan kertas saja,” katanya.
Titik
penjagaan pun belum sempurna. Jalan masuk kampus dari arah Binakrida tak
dijaga security. Kendaraan bebas keluar masuk di jalan ini. “Kita
sudah tutup jalan itu, entah kenapa masih juga dibuka,” alasan Antoni.
Kepala Biro
Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK) UR Azhar Kasmi dalam situs resmi UR
katakan sistem keamanan yang diberlakukan kini masih mengacu pada peraturan
berdasarkan hasil rapat pimpinan UR tentang optimalisasi IT kampus yang
berhubungan dengan pengelolaan keamanan kampus UR. “Ke depan kita akan
buat ID Card Secure untuk pegawai dan karyawan kampus
serta Secure KTM untuk mahasiswa. Setiap akses keluar masuk
kampus harus gunakan kartu identitas tersebut,” katanya.
Defrianto
Ketua Pusat Komputer (Puskom) UR yang dipercaya membuat ID Card tersebut
menyatakan ia sudah bisa dipergunakan tahun 2013 ini. “Di dalam ID Card ini
terdapat Radio Frequency Identification (RFID), sebuah micro chip yang
bisa menangkap gelombang radio,” jelasnya.
Kartu ini
didesain satu untuk semua. “Sebagai tanda pengenal, kartu perpustakaan, balai
kesehatan, pembayaran uang semester, termasuk parkir,” kata Defrianto.
Ia berharap
keamanan kampus lebih terjaga melalui penggunaan kartu ini, kehilangan pun bisa
diminimalisir. Sehingga tak ada lagi yang bernasib seperti Badrun, Ramdanes dan
Rian kehilangan sepeda motor di areal kampus. #
0 komentar:
Posting Komentar