Oleh Suryadi
Macan Dahan tersandera karena klaim penguasaan lahan di Riau. Sumber: Mongabay.co.id |
Seorang
warga Kelurahan Rengat, Kecamatan Rengat, Indragiri Hulu memberitahu Tim Rescue
Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Riau, perihal seekor Macan Dahan di kolong
rumahnya. Sekitar pukul 11.00 tim tiba di lokasi bersama Pusat Konservasi
Harimau Sumatera, kepolisian, TNI, Camat dan Satpol PP, Jumat (20/7/2018).
Tim
mengamankan lokasi dengan memasang jaring sekeliling rumah berikut dengan
kandang perangkap, mengatur warga supaya menjaga jarak dari hewan yang
dilindungi berdasarkan UU Nomor 5 tahun 1990, tentang konservasi sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya.
“Kita
tidak ingin hewan itu panik saat melihat manusia,” kata Mulyo Hutomo, Kabid Konservasi
Sumberdaya Alam Wilayah I.
Tindakan
terhadap hewan yang suka memanjat pohon itu tidak langsung dilakukan. Tim
mengamati perilakunya hingga beberapa jam lamanya. Kondisinya lemah dan tidak
menunjukkan reaksi apapun. Macan Dahan itu lalu diberi makan seekor ayam.
Setelahnya, hewan yang suka berburu pada malam hari itu langsung menunjukkan
tanda-tanda aktif dan berhasil masuk ke kandang perangkap sekitar pukul 7
malam.
Macan
Dahan langsung dibawa ke Kantor Bidang Wilayah I beberapa saat dan selanjutnya
diangkut ke kandang transit satwa BBKSDA Riau. Kata Suharyono, Kepala BBKSDA
Riau, butuh beberapa hari untuk menenangkan hewan itu sebelum dilakukan
observasi oleh dokter hewan.
Lokasi
kejadian berada di pemukiman padat penduduk. Jarak hutan sekitar lebih kurang 5
kilometer. Belum ada catatan konflik antara manusia dan Macan Dahan di wilayah
itu. Memang, Maret lalu BBSKDA Riau juga sempat mengevakuasi hewan yang sama di
Rokan Hulu.
Menurut
Suharyono, hampir seluruh wilayah Sumatera terutama Riau tersebar populasi
Macan Dahan termasuk di wilayah konservasi. Hutomo menyebut, hewan dengan nama
latin neofelis nebulosa ini sudah
tergolong langka.
Febri
Anggriawan Widodo, Research and Monitoring
(Tiger and Elephant) Module Leader WWF Indonesia, mengatakan, kepadatan
populasi Macan Dahan di Riau terdapat di kawasan Rimbang Baling, Bukit Batabuh
dan Taman Nasional Tesso Nilo. Selain hidup di hutan primer dan sekunder, Macan
Dahan juga didapati menghuni pinggir hutan meski dekat pemukiman warga ataupun
perkebunan.
“Asalkan
ada tegakan hutannya. Dia hewan yang hobi manjat pohon,” kata Febri,
disela-sela waktu istirahat siang di kantornya.
Hampir
seluruh habitat Riau ada Macan Dahan. Di hutan perbukitan, di dataran rendah
dan juga kawasan gambut. Macan Dahan satu dari enam jenis kucing yang tergolong
langka. Seperti Harimau, Kucing Emas, Marble Cat, Kucing Pesek dan Kucing
Hutan. Hanya jenis terakhir ini sering ditemui oleh Febri dan timnya kala
observasi di hutan.
Adakalanya
Macan Dahan hidup dalam satu wilayah bersama hewan lain atau yang juga tergolong
jenis predator. Mereka mampu berbagi batas wilayah untuk ruang hidup dan
mengatur waktu memangsa. Macan Dahan membutuhkan tutupan hutan sebagai wilayah
jajah, kelimpahan mangsa, ketersediaan air dan interaksi sesamanya.
Catatan
konflik Macan Dahan dengan manusia masih tergolong jarang. Perburuan beberapa
kali pernah terjadi hanya saja hewan ini tidak begitu laku di pasaran. “Beda
dengan Harimau,” sebut Febri.
Febri
dan akademisi Universitas Riau sedang melakukan riset terhadap pembagian ruang
hidup dan model pembagian waktu memangsa hewan predator. Di Rimbang Baling,
mereka menemukan 5 jenis kucing bahkan beruang hidup bersama.
Hingga
8 Agustus 2018, Macan Dahan masih berada di kandang transit BKSDA Riau. Rini,
dokter hewan klinik satwa BKSDA menyebut, Macan Dahan itu masih dalam observasi
sebelum siap untuk direhabilitasi. Pengamatannya sementara, Macan Dahan itu
tidak tampak buas. Nafsu makannya juga naik turun, “karena sudah lama tidak
berada di alamnya.”
Terhadap Macan Dahan itu juga
belum dilakukan pengecekan fisik namun terus diberi vitamin untuk memperbaiki
nafsu makannya.
Berita ini ditulis pertengahan tahun lalu dan belum diupdate perkembangan macannya sampai hari ini.
0 komentar:
Posting Komentar