Rabu, 07 September 2016

Badminton


Lapangan Badminton. Bersebelahan dengan lapangan basket kampus Unri Gobah.

BEBERAPA hari yang lalu, saya bersama tiga teman lain (Jeffri, Badru dan Agus) membersihkan lapangan badminton. Letaknya bersebelahan dengan lapangan basket kampus Universitas Riau Gobah.


Kondisinya dipenuhi rumput kasar setinggi betis. Hampir seluruh bagian lapangan dipenuhi rumput liar. Dengan peralatan parang, cangkul dan sapu lidi kami bergotong royong mengerjakannya.

Sesekali Badru kadang mencabut rumput dengan tangannya. Jeffri mencangkul, Agus memotong dan saya mengumpulkan rumput yang sudah tercabut dari akarnya dengan sapu lidi. Lapangan ini sebenarnya sudah disemenisasi, tapi beberapa bagian sudah rusak dan tidak rata lagi. Dibagian ini rumput tumbuh subur.

Pagar kawat sebagai pembatas lapangan juga dalam keadaan tidak baik. Besi penyangganya patah dan menjorok ke dalam lapangan. Jeffri mencari kain panjang, lalu mengikat pada ujung besi yang masih melekat pada kawat. Bersama-sama kami menarik besi tersebut ke luar lapangan.

Awalnya terasa susah. Tak sedikitpun besi tersebut berubah posisi ke luar lapangan. Ditambah lagi akar tanaman sudah mengikat seluruh bagian kawat. Usaha ini terus kami lakukan hingga berhasil. Meski pagar tak utuh kembali, itu tidak mengganggu permainan nantinya.

Pekerjaan kami belum usai. Badru terpaksa memanjat pohon dan memotong dahan yang melebar hingga ke dalam lapangan. Pohon ini cukup lebat. Kalau dahannya tidak dipotong, bola bisa saja nyangkut.

Tapi, semua pekerjaan tetap saja tidak bisa kami selesaikan hari itu. Karena sudah magrib, kami putuskan untuk melanjutkannya besok. Rumput serta dahan yang sudah dipotong kami biarkan berserak di tengah lapangan. Gotong royong sore itu cukup membuat lelah dan bercucuran keringat.

Esoknya, usai shalat subuh, sebelum matahari terbit, saya dan Badru mulai melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Malamnya, Jeffri dan Agus tidak tidur bersama dengan kami, sehingga tinggal kami berdua yang harus membersihkan lapangan. Ini tidak terlalu berat, tinggal mengangkat rumput dan dahan untuk dibakar di luar lapangan. Tapi, subuh itu kami meraba-raba jalan karena kurangnya penerang.

Pekerjaan ini selesai hampir pukul 07.00. Kami duduk di tengah lapangan sambil melonjorkan kaki. Keringat bercucuran. Baju terlihat kotor. Tapi rasa puas melihat lapangan yang sudah bersih dan rapi belum cukup, sebelum merasakan bermain badminton di lapangan tersebut.

Badru tidak menolak ketika saya ajak bermain. Lagi pula, kami langsung membawa raket dan shuttlecock ke lapangan. Setengah jam kami bermain. Hasilnya saya dapat mengalahkan Badru dengan skor 3-1.

Sejauh ini, saya masih memegang kendali dalam bermain badminton. Agus saya kalahkan dengan skor 4-1. Sementara Jeffri dan Rizky sama sekali tidak pernah menang ketika berhadapan dengan saya. Saya masih menunggu lawan lainnya. Haha.*

0 komentar:

Posting Komentar