Salah satu bangunan SDN 018 Dusun Teluk Jaring |
TEPAT pukul 12.00, kami
tiba di Dusun Teluk Jaring, Desa Teluk Kanidai, Kecamatan Tambang, Kabupaten
Kampar. Tujuan utamanya ke Sekolah Dasar Negeri 018. Letaknya tepat di ujung
jalan. Depan sekolah ini terhampar padang rumput. Beberapa ekor sapi berjalan
dan berkubang. Tampak Sungai Kampar mengalir ditepian pasir pantai.
Jarak tempuh dari Pekanbaru ke sekolah ini
memakan waktu lebih kurang satu jam. Rencananya, Sabtu pagi, pengurus Himpunan Mahasiswa
Islam Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, akan melaksanakan
kunjungan ke sekolah. Agenda yang sudah dirancang, memberi pemahaman soal
menjaga lingkungan serta berbagi ilmu pada murid sekolah.
Agenda tersebut urung dilakukan. Karena pengurus
tiba di sekolah setelah murid bubar. Kata Ichwan Nurfadillah, Ketua Umum HMI Komisariat
FISIP Universitas Riau, keterlambatan ini dikarenakan ada kendala sebelum
berangkat. “Kami sudah mengabari pihak sekolah sebelumnya. Dan kami meminta
maaf,” jelas Dipa, sapaan akrab Ketua Umum HMI Komisariat FISIP ini.
Meski begitu, pengurus tetap mengagendakan
pertemuan pada murid sekolah di sore harinya.
SEKOLAH
DASAR NEGERI
o18, merupakan satu-satunya sekolah di Desa Teluk Kanidai. Sekolah ini hanya memiliki
empat ruangan. Satunya ruangan Kepala Sekolah merangkap para guru. Tiga ruangan
lagi masing-masing dibagi dua. Artinya, tiap ruangan ada sekat pembatas. Ini berguna
untuk menampung murid kelas satu hingga enam. Total murid SDN 018 berjumlah 28
orang.
Dari penjelasan Husni Mubarak, seorang guru
sekolah, SDN 018 berdiri sejak tahun 80-an. Hingga kini hanya ada delapan orang
guru. sebagian ada yang berstatus pegawai negeri sipil, sebagian lagi honorer. Tidak
semua guru berasal dari masyarakat setempat. “Kalau saya sudah tinggal di sini,
karena istri saya orang sini,” ujar Husni.
Tidak ada fasilitas apa pun di sekolah ini.
Hanya ada tiang bendera yang berdiri di tengah halaman sekolah. Toilet pun
dalam kondisi tidak baik. Pintunya terlepas. Closednya jorok dan dipenuhi kotoran. Bak air kosong. Kran air tak
berfungsi. Baunya sangat menggangu jika kita mendekat di tempat ini.
SETELAH meninjau sekolah
ini, kami beranjak ke tempat camping.
Lokasinya tak jauh dari sekolah dan lebih dekat ke sungai. Selain ke sekolah, Camping memang bagian dari agenda weekend pengurus HMI Komisariat FISIP Universitas
Riau.
Cuaca cukup panas. Beberapa diantara kami
mendirikan tenda. Sebagiannya lagi membuat tungku lalu memasak nasi. Beruntung,
lokasi pendirian tenda dekat pohon karet yang tinggi dan cukup melindungi dari
terik matahari. Butuh waktu lebih kurang setengah jam untuk mendirikan tenda
ini. lebih lama dari pada menanak nasi.
Sembari menunggu masakan terhidang, ditemani
makanan ringan, kami buat permainan. Seperti
biasa, tiap permainan butuh konsentrasi. Jika salah harus siap menerima
hukuman. Hukumannya macam-macam. Sesuai kehendak pemandu. Saya paling sering
mendapat hukuman.
Sekitar pukul 3 sore, masakan pun terhidang.
Lauknya, sambal telor dibelah dua, dicampur kentang. Saya sangat senang dengan
suasana seperti ini. Keakraban sangat terasa.
Azan ashar berkumandang. Setelah menyantap
makanan, kami menunaikan shalat. Masjid tidak jauh dari lokasi camping. Sesuai agenda, setelah ashar,
pengurus HMI akan bertemu dengan murid sekolah. Husni Mubarak membawa sekitar
20 puluh muridnya ke lokasi camping. Sebelum
meninggalkan murid-muridnya, Husni berpesan agar kami memberikan pemahaman soal
agama.
Murid-murid ini sangat antusias dengan
keberadaan kami sore itu. Bagi mereka, tak asing lagi melihat orang-orang yang
datang bercamping di dusun mereka. Lokasi
ini memang kerap dijadikan tempat untuk menghabiskan akhir pekan. Ini terbukti,
selain kami, siswa SMP dan SMA dari Pekanbaru juga ikut bercamping hari itu. Ini membuat pemandangan di lokasi camping menjadi lebih ramai. Terlebih
lagi diantara mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Termasuk kegiatan kami
bercengkrama dengan murid SD tadi.
Suasana bersama murid SD ini semakin
terjalin. Terlebih, mereka yang dapat menjawab pertanyaan akan diberi hadiah
buku dan pensil. Menurut saya, mereka murid yang cerdas. Tak ada satu pun
pertanyaan yang tak bisa mereka jawab. Baik pertanyaan soal ke-Indonesiaan
maupun yang berkaitan dengan agama.
Husni menguatkan dugaan saya. Katanya,
Murid SDN 018 sering memenangkan olimpiade matematika tingkat kabupaten. Seharusnya,
dengan prestasi ini pemerintah harus lebih memperhatikan kondisi tempat belajar
mereka. Perhatian ini pasti akan semakin menunjang prestasi murid dalam segala
bidang.
SAYA dan Badrun
mengendarai sepeda motor. Kami mendatangi seorang laki-laki tanpa baju sedang
mengetam kayu dengan mesin serut. Badannya berotot dan hitam kecokelatan. Ia ditemani
istrinya yang berbadan gendut. Anak perempuannya sedang mandi di sungai. Sedangkan
anak laki-lakinya bermain bola tak jauh dari tempat ia bekerja. Sesekali istrinya
memanggil kedua anaknya agar menyudahi aktivitas sore itu.
Laki-laki ini sedang menghaluskan papan
untuk memperbaiki sampan yang sudah lapuk di atas bibir sungai. Ia satu-satunya
orang yang melakukan pekerjaan ini. Sampan yang diperbaikinya ini milik orang
dusun yang bekerja sebagai penambang pasir. Ini pekerjaan lain masyarakat Dusun
Teluk Jaring, selain berkebun sawit dan karet.
Sungai Kampar kaya akan kandungan pasir. Hampir
semua masyarakat Kampar mengeruk pasir yang ada dalam sungai. Terutama mereka
yang tinggal tak jauh dari sungai. Tapi, di Dusun Teluk Jaring, aktivitas ini
dilarang oleh masyarakat setempat. Menurut laki-laki tadi, aktivitas itu bisa
merusak sungai dan pasirnya akan menipis. “Asal adek tau, hanya di sini yang nampak lagi ada pasirnya,” jelas laki-laki
itu.
Di seberang sungai, tepat depan tenda kami
berdiri ada sebuah bangunan. Kata laki-laki tadi, bangunan itu milik Perusahaan
Daerah Air Minum atau PDAM. Saya tak sempat bertanya, PDAM tersebut milik
Kabupaten Kampar atau Kota Pekanbaru. Dia menyebutkan, airnya tidak dinikmati
oleh masyarakat setempat tapi didistribusikan ke Pekanbaru.
HARI semakin gelap. Saya
dan Badrun segera menuju tenda. Lampu pelita dan obor bambu menerangi tiap
tenda. Ada juga yang membawa mesin genset.
Usai isya, kami makan bersama. Malam ini lauknya sambal tahu dan tempe ditambah
sayur kol. Lagi-lagi suasana ini sangat menyenangkan. Ditengah lampu penerang
yang seadanya, kebersamaan dan keakraban ini sungguh terasa.
Dengan lampu penerang seadanya, makan malam itu sangat terasa akrab. |
Malam di bumi camping tidak berlalu begitu saja. Kami buat diskusi. Bahasannya soal
hubungan manusia dan alam terutama sang pencipta. Ditemani ubi rebus dan kopi
hitam, diskusi berlangsung hingga tengah malam. Saya tak dapat menguraikan
diskusi tersebut. Ini sangat panjang untuk diuraikan. Bagi kader HMI, ini
merupakan Nilai Dasar Perjuangan atau lebih dikenal NDP HMI.
Tengah malam itu juga kami sempatkan untuk
menyalakan api unggun. Kami paling akhir melakukan ini. Tenda lain telah
melakukan sebelumnya.
kami foto bersama usai menyalakan api unggun. |
Angin disertai gerimis tiba-tiba saja turun.
Semuanya segera berlari ke tenda masing-masing. Saya berdoa, semoga hujan tak
lebat dan tak berlangsung lama. Doa ini terkabul hingga kami tidur puas malam
itu.
Paginya, kami membasuh muka di sungai. Sebagian
ada yang memilih mandi. Setelahnya, kami menghangatkan badan disisa api unggun
yang masih mengepulkan asap. Seorang guru perempuan tenda sebelah berbaik hati
memberikan kami satu ceret kopi hangat. Sisa ubi rebus tadi malam menemani
seduhan kopi pagi yang dingin itu.*
0 komentar:
Posting Komentar