Rabu, 24 Agustus 2016

Layout Majalah Bahana


Rizky Ramadhan sedang menyendok nasi.

Sejak tadi malam, setelah bermain futsal, Rizki Ramadhan mulai ngelayout majalah Bahana. Saya dan Agus Alfinanda, membantunya mengumpulkan beberapa foto yang dibutuhkan untuk mendukung tiap tulisan. Ada 8 liputan panjang berupa feature dan 9 non liputan. Keseluruhannya terangkum sebanyak 36 halaman.


Jus semangka, terong belanda dan naga cukup menghilangkan haus dan menemani pekerjaan. Agus hanya ikut menemani sampai pukul 11 malam, setelah semua foto terkumpul. Ia pulang ke rumah.

Tinggal kami berdua di Kantor Redaksi Bahana. Saya pun tak sanggup melawan kantuk. Lebih kurang pukul 1 memilih tidur. Saya tak tau Rizki tidur pukul berapa.

Bunyi kendaraan lalu lalang membangunkan tidur. Di depan sudah terlihat terang. Rupanya sudah pukul 7. Rizky masih tidur di ruang sekretaris. Saya kemudian mandi dan membereskan meja rapat. Sejurus kemudian Rizky terbangun, lalu ke kamar mandi.

Pekerjaan belum usai. Setelah membersihkan badan, dari tempat tidurnya ia melanjutkan tugas.

Perut mulai terasa lapar. Saya keluar membeli tiga potong tempe. Tempe ini saya goreng dengan tepung bumbu racik ayam goreng. Tak lama mengerjakannya, hanya butuh waktu sekitar 15 menit, kami pun menyantap makanan bersama. Alhamdulillah.

Majalah Bahana edisi Juli-Agustus 2016, memuat laporan utama mengenai perwakilan mahasiswa dalam keanggotaan senat. Rencananya, keikutsertaan Presiden Mahasiswa—atau Ketua BEM UR—sebagai anggota senat Universitas Riau akan dihapus. Poin ini tertuang dalam draft statuta universitas, pasal yang menjelaskan tentang anggota senat.

Sontak, setelah mengetahui usulan tersebut, secara bersamaan dengan rapat paripurna senat universitas 21 Maret lalu, kelembagaan mahasiswa melakukan aksi di teras gedung rektorat. Mereka bahkan hampir mencapai lantai empat gedung, tempat rapat berlangsung.

Sayangnya, peserta rapat sudah membubarkan diri terlebih dahulu. Hasilnya, pembahasan draft statuta ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Ini kali keduanya kelembagaan mahasiswa menolak dikeluarkan dari keanggotaan senat. Sebelumnya, tahun 2011, saat Prof Ashaluddin Jalil jadi Rektor UR, juga pernah terjadi.

Selain liputan kasus seperti di atas, Majalah Bahana juga menyajikan cerita seorang alumni Universitas Riau sekaligus alumni Bahana. Ia pernah jadi mahasiswa Teknik Sipil. Semasa kuliah, ia jadi illustrator di Bahana tiga tahun. Beberapa karikaturnya termuat dalam koran Bahana kala itu. Kini ia meniti karir di Batam. Namanya Purwanto.

Universitas Riau memiliki dosen dengan prestasi yang sangat membanggakan. Berkat temuannya dibidang pertanian, masyarakat sudah merasakan dan memanfaatkan hasil temuannya tersebut. Beberapa temuannya sedang diupayakan untuk mendapatkan pengakuan Hak Kekayaan Intelektual. Dia Fifi Puspita, Kepala Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau.

Bahana tidak hanya menulis seputar kampus. Beberapa rubrik dalam majalah kali ini, Bahana berbagi cerita dari 3 orang krunya yang menikmati liburan di luar Pekanbaru bahkan luar provinsi.

Agus Alfinanda pergi ke Koto Pomban, satu desa di Kabupaten Bangkinang. Ia singgah ke Masjid Kubro. Masjid ini berdiri sejak Kerajaan Kampar. Tapi masyarakat setempat tak tahu masa raja ke berapa masjid tersebut dibangun. Yang mereka ingat, masjid tersebut dulunya bernama Masjid Pekantua.

Lain hal dengan Nirma Redisa. Selama menikmati liburan semester di kampung, ia menulis tentang adat perkawinan masyarakat Melayu Tembilahan. Adatnya sangat kental, meski beberapa ada yang tertinggal. Mulai dari meminang sampai pelaminan, prosesinya penuh dengan adat.

Paling jauh perjalanan Martha Novia Manullang. Dari Kota Balige Sumatera Utara, ia mendokumentasikan persinggahannya di dua museum, Museum Batak dan Museum TB Silalahi.

Tunggu majalahnya sampai ketangan pembaca sekalian!*Suryadi

0 komentar:

Posting Komentar