Rizky Ramadhan sedang menyendok nasi. |
Sejak tadi malam, setelah bermain futsal, Rizki
Ramadhan mulai ngelayout majalah
Bahana. Saya dan Agus Alfinanda, membantunya mengumpulkan beberapa foto yang
dibutuhkan untuk mendukung tiap tulisan. Ada 8 liputan panjang berupa feature dan 9 non liputan. Keseluruhannya
terangkum sebanyak 36 halaman.
Jus semangka, terong belanda dan naga cukup
menghilangkan haus dan menemani pekerjaan. Agus hanya ikut menemani sampai
pukul 11 malam, setelah semua foto terkumpul. Ia pulang ke rumah.
Tinggal kami berdua di Kantor Redaksi
Bahana. Saya pun tak sanggup melawan kantuk. Lebih kurang pukul 1 memilih
tidur. Saya tak tau Rizki tidur pukul berapa.
Bunyi kendaraan lalu lalang membangunkan
tidur. Di depan sudah terlihat terang. Rupanya sudah pukul 7. Rizky masih tidur
di ruang sekretaris. Saya kemudian mandi dan membereskan meja rapat. Sejurus kemudian
Rizky terbangun, lalu ke kamar mandi.
Pekerjaan belum usai. Setelah membersihkan
badan, dari tempat tidurnya ia melanjutkan tugas.
Perut mulai terasa lapar. Saya keluar
membeli tiga potong tempe. Tempe ini saya goreng dengan tepung bumbu racik ayam
goreng. Tak lama mengerjakannya, hanya butuh waktu sekitar 15 menit, kami pun
menyantap makanan bersama. Alhamdulillah.
Majalah Bahana edisi Juli-Agustus 2016,
memuat laporan utama mengenai perwakilan mahasiswa dalam keanggotaan senat. Rencananya,
keikutsertaan Presiden Mahasiswa—atau Ketua BEM UR—sebagai anggota senat
Universitas Riau akan dihapus. Poin ini tertuang dalam draft statuta universitas,
pasal yang menjelaskan tentang anggota senat.
Sontak, setelah mengetahui usulan tersebut,
secara bersamaan dengan rapat paripurna senat universitas 21 Maret lalu,
kelembagaan mahasiswa melakukan aksi di teras gedung rektorat. Mereka bahkan
hampir mencapai lantai empat gedung, tempat rapat berlangsung.
Sayangnya, peserta rapat sudah membubarkan
diri terlebih dahulu. Hasilnya, pembahasan draft statuta ditunda sampai batas
waktu yang tidak ditentukan. Ini kali keduanya kelembagaan mahasiswa menolak
dikeluarkan dari keanggotaan senat. Sebelumnya, tahun 2011, saat Prof
Ashaluddin Jalil jadi Rektor UR, juga pernah terjadi.
Selain liputan kasus seperti di atas,
Majalah Bahana juga menyajikan cerita seorang alumni Universitas Riau sekaligus
alumni Bahana. Ia pernah jadi mahasiswa Teknik Sipil. Semasa kuliah, ia jadi illustrator
di Bahana tiga tahun. Beberapa karikaturnya termuat dalam koran Bahana kala
itu. Kini ia meniti karir di Batam. Namanya Purwanto.
Universitas Riau memiliki dosen dengan
prestasi yang sangat membanggakan. Berkat temuannya dibidang pertanian,
masyarakat sudah merasakan dan memanfaatkan hasil temuannya tersebut. Beberapa temuannya
sedang diupayakan untuk mendapatkan pengakuan Hak Kekayaan Intelektual. Dia Fifi
Puspita, Kepala Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Bahana tidak hanya menulis seputar kampus. Beberapa
rubrik dalam majalah kali ini, Bahana berbagi cerita dari 3 orang krunya yang
menikmati liburan di luar Pekanbaru bahkan luar provinsi.
Agus Alfinanda pergi ke Koto Pomban, satu
desa di Kabupaten Bangkinang. Ia singgah ke Masjid Kubro. Masjid ini berdiri
sejak Kerajaan Kampar. Tapi masyarakat setempat tak tahu masa raja ke berapa
masjid tersebut dibangun. Yang mereka ingat, masjid tersebut dulunya bernama
Masjid Pekantua.
Lain hal dengan Nirma Redisa. Selama menikmati
liburan semester di kampung, ia menulis tentang adat perkawinan masyarakat
Melayu Tembilahan. Adatnya sangat kental, meski beberapa ada yang tertinggal. Mulai
dari meminang sampai pelaminan, prosesinya penuh dengan adat.
Paling jauh perjalanan Martha Novia Manullang.
Dari Kota Balige Sumatera Utara, ia mendokumentasikan persinggahannya di dua
museum, Museum Batak dan Museum TB Silalahi.
Tunggu majalahnya sampai ketangan pembaca
sekalian!*Suryadi
0 komentar:
Posting Komentar