Minggu, 22 Desember 2013

PLN Semakin Semena-mena

Oleh Suryadi



Pemadaman listrik semakin menjadi-jadi. Meski demonstrasi terus dilakukan nampaknya orang yang duduk di kantor Perusahaan Listrik itu tak peduli dengan nasib masyarakat, yang menanggung dampak dari pemadaman yang dilakukan. Demonstrasi berkali-kali dilakukan, menuntut PLN mengatasi segera persoalan yang terjadi, sampai pemberian koin kepada pihak PLN sebagai bentuk penghinaan atas kinerja mereka yang buruk.

Namun sepertinya hal ini tidak dihiraukan. Mereka memang benar-benar
tuli dan buta dengan protes yang dilontarkan.

Kita sebagai masyarakat yang harus dilayani oleh pejabat negara itu tidak boleh tinggal diam atas kesewenang-wenangan ini. Undang-undang nomor 30 tahun 2009 sudah jelas mengatur tentang ketenagalistrikan. Kita sebagai konsumen berhak mendapatkan pelayanan listrik yang baik, untuk itu Perusahaan Listrik Negara (PLN) wajib menyediakan pembangkit tenaga listrik. 

Toh kita sebagai konsumen tetap melakukan kewajiban kita membayar listrik yang telah kita pakai. Malahan, mereka bisa memutuskan aliran listrik kita jika pembayaran menunggak.

Tapi mereka tidak pernah peduli dengan nasib masyarakat yang harus menanggung rugi atas pemadaman yang dilakukan. Banyak aktifitas yang terganggu, pedagang-pedagang kecil tidak mampu meraih keuntungan sepenuhnya ketika berjualan, ibu-ibu rumah tangga pun mengeluh karena terganggu ketika beraktifitas dalam rumah tangga. Sementara itu, kita sebagai mahasiswa juga terkena imbasnya. Lihatlah, dan rasakan sendiri, aktifitas perkuliahan kita harus terganggu karena perbuatan yang tak bertanggung jawab dari PLN. Ruangan kelas jadi gelap, panas dan tak konsen lagi untuk belajar. Parahnya lagi, alat-alat elektronik jadi rusak karena pemadaman ini.

Hari Sabtu yang lalu, Rektor Universitas Riau sempat geram dalam hati. Pasalanya Rektor sedang berpidato pada pengukuhan guru besar Universitas Riau, saat pidato itu lampu hidup mati, hidup mati sampai tiga kali. Ini tentu memalukan kita sendiri karena tamu yang datang ada dari Joga. Lantas, kita sebagai mahasiswa masih hanya  berdiam saja tanpa da respon?

Yang membuat kita merasa dipermainkan tidak hanya pemadaman yang dilakukan semena-mena oleh pejabat PLN. Pejabat PLN juga telah membohongi masyarakat. Sebab, PLN pernah berjanji tidak akan ada pemadaman sampai awal Oktober nanti. Namun, di media massa pejabat PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR) mengatakan, pemadaman tidak akan terjadi lagi pada pekan ketiga bulan Oktober. Ini artinya, hingga akhir Oktober kita akan tetap merasakan pemadaman.

Setelah ada pembohongan semacam ini apakah kita sebagai mehasiswa tetap diam berdiam diri? Menerima begitu saja perilaku mereka yang telah berani ingkar janji pada masyarakat?

Kita tidak ingin mendengar alasan-alasan yang klasik lagi atas pemadaman ini. Karena kekeringan air di dalam danau singkarak lah, rusak mesin generator lah, rusak kabel arus listrik lah. Kalau ini yang jadi persoalan mestinya tidak usah memimpin PLN ini. Alasan teknis sekecil ini kenapa harus dibesar-besarkan, sampai-sampai masyarakat banyak menaggung rugi.

Mestinya, harus ada sikap antisipatif jika kejadian seperti ini terulang lagi. Sebab, pemadaman bergilir ini tidak satu atau dua bulan ini terjadi. Riau sering mengalami hal ini.

Kita pun bingung dengan fenomena-fenomena yang melanda negeri ini. Riau yang kita tahu negeri kaya akan sumber daya alam, harus merasakan krisis yang amat memiskinkan ini. Minyak, gas, serta energi lainnya melimpah dari dalam perut bumi ini. Ladang energi kita tersebar di mana-mana, haruskah kita menaggung krisis yang tak masuk diakal ini. Kita sebagai mahasiswa, agen of control mestinya kritis terhadap persoalan ini. Tidak ada waktu berdiam diri atas perbuatan keji yang dilakukan oleh pejabat negara. Bergeraklah, kritik mereka yang semena-mena dengan rakyat.
Diskusi, sebelum akan mendemo PLN Riau-Kepri

0 komentar:

Posting Komentar