Berkeinginan ada satu kelompok yang aktif
melakukan kegiatan-kegiatan akademis, diskusi, membaca dan menulis. Dari satu
minuman botol Freshtea lalu terbentuklah Freshiologi.
Langit sore Kamis 20 Maret 2014 itu sudah mulai redup.
Gerai Pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau sudah
mulai sepi dari tongkrongan mahasiswa. Di satu meja panjang duduk bersama,
Khoirunnisa Pasaribu, Muhammad Badrun, Yazid Fauzi, Robi Armilus dan Suryadi. Ke
lima nya ngobrol-ngobrol sambil menikmati satu minuman dingin, Freshtea.
Obrolan sore itu membahas perkembangan Ikatan Mahasiswa
Sosiologi disingkat IMS—satu organisasi mahasiswa sosiologi tingkat jurusan. Robi
Armilus, Khoirunnisa Pasaribu, Yazid Fauzi dan Muhammad Badrun pernah terlibat
dan aktif menjadi pengurus di IMS, terkecuali Suryadi hanya pernah sebagai tim teknis.
Tim teknis bisa dianggap sebagai pengurus semu atau pengurus bayangan, tidak
tercatat dalam struktur organisasi sah IMS, biasanya mahasiswa baru Sosiologi yang
jadi tim teknis.
Obrolan soal IMS sore itu, semuanya sepakat ada yang
kurang dari IMS, ada yang tidak berkembang. Mulai dari program kerja yang
itu-itu saja tiap periodenya, sampai pada kemampuan pengurus yang tidak mampu
bersaing dengan organisasi mahasiswa jurusan lainnya. Bahkan hubungan dengan
Kepala Jurusan dan Dosen Sosiologi juga dirasa kurang terjalin.
Suasana berorganisasi di IMS juga dirasa sangat hampa.
Tidak adanya forum dialog akademis, forum diskusi serta kegiatan-kegiatan yang
menambah wawasan dan pengetahuan pengurus, juga menjadi komentar pada obrolan
sore itu.
Sepakat dengan kekurangan itu, ke lima nya membentuk
satu kelompok perkumpulan yang sifatnya tidak formal. Yazid Fauzi terinspirasi
pada satu kelompok diskusi yang ada di salah satu kampus di Jawa. Orang-orang
dikelompok itu berdiskusi membahas keilmuan tentang Sosiologi. Kelak kelompok
yang akan dibentuk sore itu juga melakukan hal yang sama.
Hal pertama adalah mengusulkan nama kelompok yang akan
dibentuk. Ada banyak nama yang diusulkan. Diantaranya, Lentera Sosiologi, Ibnu
Khaldun dan Fresh Sosiologi. Kata Fresh dan Sosiologi lalu disepakati. Muhammad
Badrun yang mengusulkan nama Fresh Sosiologi beralasan sederhana, karena saat
pembahasan sore itu sambil menikmati minuman Freshtea. Yazid Fauzi lalu
menyederhanakannya menjadi Freshiologi. Fresh juga berarti ada kebaharuan,
bermakna segar dan semangat.
Sore itu juga disepakati Yazid Fauzi sebagai koordinator
kelompok. Kegiatan kelompok ini bertumpu pada tiga hal. Membaca, menulis dan
diskusi. Pada saat itu juga diharapkan ada satu taman baca yang dibuat oleh
Freshiologi. Taman baca ini dibuat untuk duduk bersama, membaca dan
mendiskusikannya. Sesekali dosen-dosen juga diinginkan untuk hadir berdiskusi
tentang topik-topik yang berhubungan degan latar belakang akademisnya.
Untuk memulai kegiatannya, Freshiologi menaja diskusi
rutin. Pertama sekali diskusi membahas tentang Sosiologi Klasik. Diskusi itu
disebut, mengenal tokoh-tokoh sosiologi klasik. Ahmad Hidir diundang
pada diskusi sore yang ditaja di Laboratorium Jurusan Sosiologi. Ahmad Hidir
dosen di Jurusan Sosiologi dan kerap memberi materi kuliah tentang Teori
Sosiologi Klasik.
Pernah juga mengadakan diskusi terkait bonus demografi.
Sebagai pembicara, Supriadi, dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Propinsi Riau, disingkat BKKBN. Mita, dosen muda Sosiologi juga pernah
berpartisipasi dalam memberikan materi diskusi yang ditaja oleh Freshiologi.
Saat itu, Mita diminta memberikan pengalamannya dalam menyiapkan sebuah laporan
dalam bentuk proposal. Pelatihan itu dinamakan one day for proposal.
Pelatihan ini bertujuan, untuk memberi pemahaman dan
kemudahan bagi teman-teman sosiologi dalam mempersiapkan sebuah proposal
sebagai awal untuk menyelesaikan tugas akhir mereka. Sebelum mereka meraih
gelar sarjana. Latar belakang dibuatnya pelatihan ini, teman-teman di
Freshiologi banyak mendengar keluhan teman-teman soiologi lainnya dalam
menyusun proposal penelitian.
TAHUN AKADEMIS BARU TIBA,
mahasiswa baru pun tiba. Generasi-generasi baru direkrut untuk belajar bersama
di Freshiologi. Generasi baru ini pun punya ide segar mengembangkan Freshiologi.
Mereka yang tergabung menginginkan adanya satu wadah publikasi yang dapat
menunjang kemampuan menulis. Ide ini sangat sejalan dengan tiga hal dasar
terbentuknya Freshiologi, salah satu nya menulis.
Dari sini jugalah dibentuk kepengurusan baru.
Strukturnya mirip dengan kepengrusan dalam satu media jurnalistik. Mulai dari
Pemimpin Umum sampai pada Reporter.
DALAM USIA SATU TAHUN, Freshiologi
mengalami sedikit hambatan sampai pada konflik antar sesama mahasiswa Sosiologi
terutama mereka yang aktif di IMS. Konflik ini didasari suka atau tidak suka
atas hadirnya Freshiologi. IMS beranggapan Freshiologi akan menyainginya, lebih
ekstrim Freshioliogi dianggap akan mendualismekan IMS.
Hambatan lain, Freshiologi sulit berkegiatan karena
ruang geraknya terlalu sempit. Ini dikarenakan Freshiologi tidak memiliki SK. Saat
menaja kegiatan pelatihan penulisan proposal sekaligus launching
Freshiologi, Indrawati Kepala Jurusan Sosiologi hadir dalam acara itu.
Kehadirannya memberi angin segar yang dapat mendukung kehadiran Freshiologi itu
sendiri. Indrawati menyarankan agar Freshiologi masuk dalam kepengurusan IMS.
Meski ada yang kurang sepakat dengan usulan itu,
teman-teman lain dengan terbuka menyetujuinya. Saat Adi Saputra menjabat
sebagai Ketua Umum IMS periode 2014-2015, Freshiologi bergabung dengan IMS di
bawah bidang Penelitian dan Pengembangan atau Litbang, namun dengan bentuk
kepengurusan sendiri.
Seiring berjalannya kepengurusan IMS periode itu,
generasi baru Freshiologi bermaksud ingin di SK kan oleh Kepala Jurusan
Sosiologi. Ada juga yang berpendapat harus di SK kan oleh Kepala Laboratorium
Sosiologi. SK ini sangat dibutuhkan untuk melegalkan dan memudahkan generasi-generasi
selanjutnya dalam mengembangkan akademis.
Suryadi
0 komentar:
Posting Komentar