Anas Maamun Ditangkap Tangan Oleh KPK Saat Menerima Suap Dari Gulat Manurung. foto:kompasiana.com |
Pada 21 April lalu Aliansi Mahasiswa Riau melakukan
aksi demonstrasi depan kantor Gubernur
Propinsi Riau. Aksi ini reaksi terhadap informasi yang beredar mengenai ulah
Anas Maamun yang kerap di sapa Atuk terkait ucapan yang tidak senonoh depan
publik. Ucapan kotor atau makian yang dilontarkan Anas pada media sangat
mencoreng nama baiknya sendiri terlebih lagi nama semua masyarakat Riau.
Bagaimana tidak, Riau sebagai wilayah Melayu yang menjunjung tinggi etika,
sopan santun dan tutur bahasa menjadi tidak dihormati lagi karena ulah
pemimpinnya yang tidak berbudi dan berakhlak mulia. Pemimpin sebagai orang yang
terpandang dan sebagai panutan tentunya harus memiliki kelebihan dari pada
rakyat yang dipimpin. Kelebihan-kelebihan itu yang kiranya menjadi contoh bagi
orang banyak. Bukan kelebihan memaki atau berkata kotor.
Pemimpin yang diharapakan di tanah Melayu ini adalah
pemimpin yang arif lagi bijaksana, pemimpin yang ramah yang dekat dengan
masyarakat, berkata baik dan mengayomi. Terlebih lagi ada yang salah diperbaiki
dengan baik kembali.
Di tengah bergulirnya reformasi di negeri ini semua
harapan bertumpu pada pemimpin. Pemimpin yang baik, pemimpin yang bisa
menjalankan pemerintahan dengan bijaksana, kebijakan-kebijakan yang lahir
memang benar-benar diperuntukkan bagi rakyat yang di pimpin. Kebijakan yang
dilahirkan bukan untuk keluarga serta sanak famili apalagi untuk diri sendiri.
Reformasi yang diharapakan, perubahan pola pemerintahan yang lebih pro rakyat
yang menjunjung tinggi harkat dan martabat rakyat. Ringkasnya, jangan sampai
kepemimpinan otoriter gaya sang penguasa 32 tahun terjadi di bumi Melayu ini
atau Indonesia lebih luasnya.
Sebagian dari kita mungkin memahami bagaimana watak
serta perilaku Anas Maamun dalam memimpin. Amanah serta jabatan yang diemban
diperlakukan sesuka hati, otoriter, semaunya dalam membuat keputusan. Sedikit
gambaran, ketika masih menjabat sebagai Bupati Rokan Hilir pegawai-pegawai yang
menentang dengan kebijakannya dipindah tugaskan nun dipelosok negeri, sehingga
menutup mulut orang yang ingin bersuara. Aktivis mahasiswa yang berdemonstrasi
ditandai wajahnya satu persatu dan dicari sampai ke keluarga-keluarganya. Jika
keluarganya ada yang berstatus sebagai pegawai negeri akan dipindahkaan wilayah
kerjanya ke wilayah seperti yang disebutkan di atas tadi.
Lantas dengan kondisi seperti ini sebagian orang masih
menutupi kejahatan pemimpin seperti ini, dengan mengatakan Anas itu bagus
banyak pembangunan. Harus dicermati kembali bahwa cara berpikir sperti ini
sangat dangkal dan sangat tidak kritis. Dimana pun, yang namanya pemimpin pasti
membangun negeri yang diipimpin. Kalau tidak membangun ngapain jadi pemimpin?
Dibalik ini semua harus dipahami, apakah pembangunan yang dilakukan benar-benar
bersih dari kroupsi? Apakah tidak ada uang rakyat dicuri? Apakah bahan bangunan
sesuai dengan yang telah dianggarkan? Apakah mata tidak bermain dengan pelaku
kontraktor yang mengerjakan proyek pembangunan? Ini yang harus dijadikan tanda
tanya kita bersama.
Kini Anas Maamun tidak dapat berkilah lagi. Komisi anti
rasuah sudah menangkap Anas Maamun sebagai tersangka kasus suap dalam pembebasan
lahan di dua kabupaten di Propinsi Riau. Kabupaten Kuantan Singingi dan Rokan
Hilir. Anas tertangkap tangan saat menerima uang 200 juta dari Gulat Medali Emas
Manurung di kediamannya sendiri di Jakarta. Gulat sendiri adalah dosen Fakultas
Pertanian di Universitas Riau.
Selain itu, kejahatan moral yang dilakukan Anas Maamun
selama ini juga terbukti benar. Saya membaca di inforiau.co Edi Ahmad RM
orang dekat Anas Maamun sendiri mengakui perilaku keji Anas yang menodai
beberapa perempuan yang pernah dilecehkannya. Pengakuan ini disampaikan Edi sebagai
saksi usai sidang di pengadilan Negeri Jakarta. Anas Maamun meminta Edi untuk
menyuap beberapa media agar jangan memberitakan perilaku amoral sang kakek tua
dari Rokan Hilir itu.
Dalam mengawali ini, tertuang harapan pada satu elemen
yang memiliki fungsi kontrol terhadap pemerintah. Elemen mahasiswa. Mahasiswa
tidak lepas dari yang namanya pekerjaan seperti ini. Sejak Republik ini
didirikan peranan dari kaum intelektual selalu mengisi perjalanan bangsa ini
sampai saat sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar