Rabu, 13 Februari 2013

Pemimpin Seperti Apa Lagi?


Oleh Suryadi
 
Rusli Zainal, Gubernur Riau sudahlah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi pada persiapan pelaksanaan Pekan Olahrga Nasional (PON) ke XVIII, Riau sebagai tuan rumah ajang empat tahunan itu. Sebelumnya, delapan orang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Riau telah diselidiki oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang juga tersangkut kasus yang sama. Hasilnya, empat orang dari mereka telah ditetapkan sebagai tersangka. Dan Rusli Zainal adalah pejabat kelima di Riau yang juga telah ditetapkan sebagai tersangka.

Lutfi Hasan Ishaq, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) juga tersandung kasus suap impor daging sapi. Lutfi adalah Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sebuah partai islam yang cukup mendominasi di senayan bahkan di negara Indonesia ini. Bayangkan, kader dalam partai Islam pun berbuat jahat di negeri ini. Parahnya lagi, partai ini pernah menyatakan sebagai partai bersih. Namun, apa yang dikatakan itu tidaklah sesuai dengan apa yang terjadi sekarang. Islam sebagai landasan partai ini, tidak membuat para kader yang di dalam partai  mencerminkan bagaimana bersihnya Islam. Padahal, sebagai salah satu partai yang mempunyai warna Islam di negeri ini, seharusnya mampu membuat citra Islam lebih baik lagi, karena negeri ini mayoritas masyarakatnya Islam.

Kasus korupsi yang panas sampai sekarang ini juga melanda kader Partai Demokrat. Partai penguasa di negeri ini, sebab Susilo Bambang Yudhoyono yang akrab di sapa SBY, sebagai Dewan Penasehat sekaligus pendiri partai ini, berhasil memenangkan pilpres selama dua periode. Tentu menjadi pukulan berat bagi SBY, sebab para kadernya telah membuat reputasi partai menurun.

Ya, katakanlah Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Nazaruddin dan Andi Mallarangeng sama-sama menghabiskan uang rakyat pada proyek pembangunan wisma atlet di Palembang Sumatera Selatan. Mereka sama-sama bernaung di partai biru yang berlambang bintang merah. Kini Angelina Sondakh dan Nazaruddin sudah ditahan, Andi Mallarangeng dengan besar hati telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), kini nasib Anas sedang ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia.

Tak hanya melakukan korupsi, berbagai kejahatan telah dilakukan pejabat di negeri ini. Misal, tak maunya membayar pajak juga terjadi di negeri ini. Seperti Abu Rizal Bakri, sebagai orang yang masuk sepuluh terkaya di dunia, karena memiliki berbagai macam usaha di negeri ini, seperti usaha batu bara hingga media. Banyak lagi usaha yang dimiliki Ketua Umum Partai Golkar ini. Namun, orang yang mencalonkan diri pada Pilpres 2014 ini ganjil untuk membayar pajak.

Ada lagi sifat buruk yang dilakukan oleh pejabat di negeri ini. Menonton video porno saat rapat di gedung senayan. Ya, tentu semua orang akan memandang jijik atas prilaku ini, perilaku yang tidak mencerminkan diri sebagai pejabat yang tidak baik di tanah air ini. Di tengah sibuknya pemerintah memblokir situs porno, di situ pula dia menampilkan akan kehausannya terhadap hal itu. Suatu pemandangan yang merusak citra baik para dewan di senayan, hingga seluruh pelosok negeri ini.

Kejahatan para petinggi negeri yang di uraikan di atas ini lah yang sedikit menurunkan  kepercayaan masyarakat di tanah air. Bukan hanya mereka yang berbuat jahat, banyak lagi petinggi di negeri ini yang melakukan kejahatan, kejahatan yang merugikan bangsa ini.

Betapa tidak, amanah yang terus menerus diberikan kepada mereka dirusak begitu saja. Dikotori dengan perilaku yang tidak baik. Mementingkan diri sendiri, membuat kemewahan sendiri, membagi kekayaan kepada sanak saudaranya. Tak terlintas untuk berbuat ikhlas kepada masyarakat banyak yang telah mendoakan dia untuk menang. Adapun yang dibagikan kepada masyarakat, setelah ia mengambil untung dulu, setelah ia kenyang akan uang masyarakat tadi barulah sisanya diberikan kepada masyarakat.

Kini, pemimpin seperti apa lagi yang bisa dipercaya masyarakat kita ini? Masyarakat sudah muak dengan janji-janji pemimpin. Masyarakat terlalu sering dibohongi, dikhianati, bahkan dibodoh-bodohi dengan suap yang dilakukaan calon pemimpin ketika ingin naik jadi peminmpin.

Kalau kita kaitkan dengan agama, semua agama tentulah mengajarkan kebaikan. Tak mungkin ada agama yang memerintah pegikutnya untuk melakukan kejahatan. Namun, terkadang kita melihat para umat suatu pengikut agama biasa saja melakukan kejahatan itu. Entah apa yang terjadi dengan sesuatu yang diyakininya. Tapi kita tak boleh menghakimi bahwa agama lah yang bersalah atas perilaku pengikutnya. Yang perlu kita pahami adalah, kenapa orang-orang mau berbuat jahat. Ya, mungkin kita harus kembali ke masalah korupsi tadi, karena kita hanya akan membahas kejahatan korupsi.

Meminjam Kartini Kartono, dalam bukunya Patologi Sosial , dia mengatakan korupsi akan sulit diberantas. Terdengar pesimis memang statement ini, sebab ditengah penyakit sosial seperti korupsi ini tadi ada suatu usaha untuk memberantasnya. Namun perlu kita cerna kembali, masih dalam buku yang sama, Kartini Kartono mengatakan semakin berkembangnya suatu negara maka akan terus tercipta peluang untuk melakukan korupsi.

Bagaimana teori ini akan dibantah?

Kenyataan nya teori ini memang berlaku di Indonesia dari awal kemerdekaan hingga sekarang ini. Contoh, korupsi telah menjadi aktifitas sehari-hari pada masa orde baru. Mulai dari pejabat pusat hingga daerah senang melakukan korupsi. Akibatnya, negara ini harus menanggung beban utang atas pembangunan yang pesat, namun diikuti dengan pesatnya korupsi pula. Ya, Soeharto yang dijuluki bapak pembangunan, karena membangun berbagai infrastruktur demi kemajuan bangsa ini juga ikut membangun korupsi di negeri ini. Tak perlu kita ucapkan terima kasih, karena dibalik kebaikannya masih ada keburukan, keburukan yang merugikan bangsa indonesia.

Nah, Indonesia terus berkembang. Lagi-lagi teori Kartini Kartono tak terbantahkan. Hingga Presiden SBY memimpin negeri ini terus menampilkan adegan korupsi. Semakin banyak pembangunan, semakin banyak pula terciptanya korupsi. Bukan berarti kita tidak menginginkan pembangunan, namun kita menginginkan orang-orang yang jujur dalam melaksanakan pembangunan itu.

Dibalik kejahatan yang terus menerpa negeri ini, ada juga kebaikan yang berusaha mengehentikan kejahatan itu. Terdengar lega apabila kebaikan itu berhasil menghancurkan kejahatan. Kita patut apresiasi terhadap lembaga independen yaitu KPK yang ikhlas dalam mengurangi perilaku korupsi di negeri ini. Meski teori sudah mengatakan bahwa korupsi tak bisa diberantas, paling tidak kita berharap perilaku ini dapat diminimalisir. Kenapa tak bisa diberantas, karena negara akan terus berkembang.

Lihatlah China. Negeri yang termasuk tegas dalam upaya pemeberantasan korupsi. Pejabat yang melakukan korupsi di negeri ini di hukum dengan cara ditembak mati. Terdengar menakutkan, tapi tetap saja korupsi masih menggeruti negeri ini. Kita hanya berharap penuh kepada KPK. Semoga lembaga ini mampu mengurangi citra buruk para pejabat di tanah air Indonesia yang kaya raya ini.

0 komentar:

Posting Komentar