Oleh Suryadi
Rusli
Zainal, Gubernur Riau sudahlah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi pada
persiapan pelaksanaan Pekan Olahrga Nasional (PON) ke XVIII, Riau sebagai tuan
rumah ajang empat tahunan itu. Sebelumnya, delapan orang Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Riau telah diselidiki oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), yang juga tersangkut kasus yang sama. Hasilnya, empat orang dari
mereka telah ditetapkan sebagai tersangka. Dan Rusli Zainal adalah pejabat
kelima di Riau yang juga telah ditetapkan sebagai tersangka.
Lutfi Hasan
Ishaq, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) juga
tersandung kasus suap impor daging sapi. Lutfi adalah Presiden Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), sebuah partai islam yang cukup mendominasi di senayan bahkan
di negara Indonesia ini. Bayangkan, kader dalam partai Islam pun berbuat jahat
di negeri ini. Parahnya lagi, partai ini pernah menyatakan sebagai partai
bersih. Namun, apa yang dikatakan itu tidaklah sesuai dengan apa yang terjadi
sekarang. Islam sebagai landasan partai ini, tidak membuat para kader yang di
dalam partai mencerminkan bagaimana
bersihnya Islam. Padahal, sebagai salah satu partai yang mempunyai warna Islam
di negeri ini, seharusnya mampu membuat citra Islam lebih baik lagi, karena
negeri ini mayoritas masyarakatnya Islam.
Kasus
korupsi yang panas sampai sekarang ini juga melanda kader Partai Demokrat.
Partai penguasa di negeri ini, sebab Susilo Bambang Yudhoyono yang akrab di
sapa SBY, sebagai Dewan Penasehat sekaligus pendiri partai ini, berhasil
memenangkan pilpres selama dua periode. Tentu menjadi pukulan berat bagi SBY,
sebab para kadernya telah membuat reputasi partai menurun.
Ya,
katakanlah Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Nazaruddin dan Andi Mallarangeng
sama-sama menghabiskan uang rakyat pada proyek pembangunan wisma atlet di
Palembang Sumatera Selatan. Mereka sama-sama bernaung di partai biru yang
berlambang bintang merah. Kini Angelina Sondakh dan Nazaruddin sudah ditahan,
Andi Mallarangeng dengan besar hati telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), kini nasib Anas sedang ditunggu-tunggu
masyarakat Indonesia.
Tak hanya
melakukan korupsi, berbagai kejahatan telah dilakukan pejabat di negeri ini.
Misal, tak maunya membayar pajak juga terjadi di negeri ini. Seperti Abu Rizal
Bakri, sebagai orang yang masuk sepuluh terkaya di dunia, karena memiliki
berbagai macam usaha di negeri ini, seperti usaha batu bara hingga media.
Banyak lagi usaha yang dimiliki Ketua Umum Partai Golkar ini. Namun, orang yang
mencalonkan diri pada Pilpres 2014 ini ganjil untuk membayar pajak.
Ada lagi
sifat buruk yang dilakukan oleh pejabat di negeri ini. Menonton video porno
saat rapat di gedung senayan. Ya, tentu semua orang akan memandang jijik atas
prilaku ini, perilaku yang tidak mencerminkan diri sebagai pejabat yang tidak
baik di tanah air ini. Di tengah sibuknya pemerintah memblokir situs porno, di
situ pula dia menampilkan akan kehausannya terhadap hal itu. Suatu pemandangan
yang merusak citra baik para dewan di senayan, hingga seluruh pelosok negeri
ini.
Kejahatan
para petinggi negeri yang di uraikan di atas ini lah yang sedikit
menurunkan kepercayaan masyarakat di
tanah air. Bukan hanya mereka yang berbuat jahat, banyak lagi petinggi di
negeri ini yang melakukan kejahatan, kejahatan yang merugikan bangsa ini.
Betapa
tidak, amanah yang terus menerus diberikan kepada mereka dirusak begitu saja.
Dikotori dengan perilaku yang tidak baik. Mementingkan diri sendiri, membuat
kemewahan sendiri, membagi kekayaan kepada sanak saudaranya. Tak terlintas
untuk berbuat ikhlas kepada masyarakat banyak yang telah mendoakan dia untuk
menang. Adapun yang dibagikan kepada masyarakat, setelah ia mengambil untung
dulu, setelah ia kenyang akan uang masyarakat tadi barulah sisanya diberikan
kepada masyarakat.
Kini,
pemimpin seperti apa lagi yang bisa dipercaya masyarakat kita ini? Masyarakat
sudah muak dengan janji-janji pemimpin. Masyarakat terlalu sering dibohongi,
dikhianati, bahkan dibodoh-bodohi dengan suap yang dilakukaan calon pemimpin
ketika ingin naik jadi peminmpin.
Kalau kita
kaitkan dengan agama, semua agama tentulah mengajarkan kebaikan. Tak mungkin
ada agama yang memerintah pegikutnya untuk melakukan kejahatan. Namun,
terkadang kita melihat para umat suatu pengikut agama biasa saja melakukan
kejahatan itu. Entah apa yang terjadi dengan sesuatu yang diyakininya. Tapi
kita tak boleh menghakimi bahwa agama lah yang bersalah atas perilaku
pengikutnya. Yang perlu kita pahami adalah, kenapa orang-orang mau berbuat
jahat. Ya, mungkin kita harus kembali ke masalah korupsi tadi, karena kita
hanya akan membahas kejahatan korupsi.
Meminjam
Kartini Kartono, dalam bukunya Patologi Sosial , dia mengatakan korupsi akan
sulit diberantas. Terdengar pesimis memang statement
ini, sebab ditengah penyakit sosial seperti korupsi ini tadi ada suatu usaha
untuk memberantasnya. Namun perlu kita cerna kembali, masih dalam buku yang
sama, Kartini Kartono mengatakan semakin berkembangnya suatu negara maka akan
terus tercipta peluang untuk melakukan korupsi.
Bagaimana
teori ini akan dibantah?
Kenyataan
nya teori ini memang berlaku di Indonesia dari awal kemerdekaan hingga sekarang
ini. Contoh, korupsi telah menjadi aktifitas sehari-hari pada masa orde baru.
Mulai dari pejabat pusat hingga daerah senang melakukan korupsi. Akibatnya,
negara ini harus menanggung beban utang atas pembangunan yang pesat, namun
diikuti dengan pesatnya korupsi pula. Ya, Soeharto yang dijuluki bapak
pembangunan, karena membangun berbagai infrastruktur demi kemajuan bangsa ini
juga ikut membangun korupsi di negeri ini. Tak perlu kita ucapkan terima kasih,
karena dibalik kebaikannya masih ada keburukan, keburukan yang merugikan bangsa
indonesia.
Nah,
Indonesia terus berkembang. Lagi-lagi teori Kartini Kartono tak terbantahkan.
Hingga Presiden SBY memimpin negeri ini terus menampilkan adegan korupsi.
Semakin banyak pembangunan, semakin banyak pula terciptanya korupsi. Bukan
berarti kita tidak menginginkan pembangunan, namun kita menginginkan
orang-orang yang jujur dalam melaksanakan pembangunan itu.
Dibalik
kejahatan yang terus menerpa negeri ini, ada juga kebaikan yang berusaha
mengehentikan kejahatan itu. Terdengar lega apabila kebaikan itu berhasil
menghancurkan kejahatan. Kita patut apresiasi terhadap lembaga independen yaitu
KPK yang ikhlas dalam mengurangi perilaku korupsi di negeri ini. Meski teori
sudah mengatakan bahwa korupsi tak bisa diberantas, paling tidak kita berharap
perilaku ini dapat diminimalisir. Kenapa tak bisa diberantas, karena negara
akan terus berkembang.
Lihatlah
China. Negeri yang termasuk tegas dalam upaya pemeberantasan korupsi. Pejabat
yang melakukan korupsi di negeri ini di hukum dengan cara ditembak mati.
Terdengar menakutkan, tapi tetap saja korupsi masih menggeruti negeri ini. Kita
hanya berharap penuh kepada KPK. Semoga lembaga ini mampu mengurangi citra
buruk para pejabat di tanah air Indonesia yang kaya raya ini.
0 komentar:
Posting Komentar